REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kantor Perwakilan Daerah Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPD KPPU) Surabaya menggelar operasi mendadak (Sidak) di Pasar Wonokromo, Jalan Wonokromo Nomor 620, Jagir, Wonokromo, Surabaya, Selasa (16/1). Operasi tersebut difokuskan untuk menyoroti jual beli beras, yang harganya di pasaran masih tinggi.
"KPPU bersama-sama teman-teman dari Satgas pangan, melakukan sidak di Pasar Wonokromo dan fokusnya pada komoditas beras. Ini bukan kali pertama dilakukan sidak, karena memang kenaikan harga sudah terdeteksi dari beberapa minggu lalu," kata Kepala KPD KPPU Surabaya Dendy Rakhmad di sela kegiatan.
Dendy menjelaskan, dari hasil pengamatam penyebab tingginya harga beras adalah karena saat ini bertepatan dengan turunnya masa panen. Sehingga, pasokan beras ke pasaran pun menjadi lebih sedikit dibanding sebelumnya.
Maka dari itu, lanjut Dendy, peran Badan Urusan Logistik (Bulog) sangat diharaplan dalam mengatasi tingginya harga beras tersebut. Menurutnya, langkah yang dilakukan oleh Bulog harus bisa menjadi penyeimbang dalam upaya menekan kenaikan harga beras di pasaran.
Dendy menambahkan, dari hasil operasi, diketahui beras premium yang dijual para pedagang di Pasar Wonokromo berkisar antara Rp 11 ribu hingga Rp 13 ribu. Artinya terjadi kenaikan sekitar Rp 2 ribu dibanding harga beras yang dijual pada saat harga normal.
Sementara, beras medium yang digelontorkan Bulog melalui operasi pasar dijual para pedagang dengan harga Rp 9 ribu. "Konsumen juga bisa menerima beras dari Bulog ini, hanya saja mereka minta kalau bisa ditingkatkan kualitasnya," ujar Dendy.
Salah seorang pedagang beras di Pasar Wonokromo Jayus Tukima (63) mengungkapkan, pedagang memang bisa menerima beras yang digelontorkan Bulog lewat operasi pasar tersebut. Itu tak lain karena harga beras kualitas medium itu lah yang paling murah dibanding harga beras lainnya.
Namun demikian, masih banyak juga pembeli yang mengeluhkan kualitas beras bulog yang dijual. "Kalau beras yang biasa dijual dinpasar kan ada yg Rp 11.500, ada yang Rp 12.500, ada juga yang Rp 13.000. Kalau yang bulog ini Rp 9.000 tapi kualitasnyabkan beda," kata Jayus.
Jayus pun mengungkapkan, operasi pasar yang dilakukan Bulog belum mampu menurunkan harga beras premium di Pasar Wonokromo. Itu terlihat dari harga beras yang masih tinggi, yang menurutnya selisih harga masih sekitar Rp 2.000 dibanding harga normal.
"Lebih mahal sekitar Rp 2.000 dibanding harga biasa. Memang sih naiknya gak sekaligus, tapi hampir setiap hari itu naik Rp 100, naik Rp 200. Harganya belum turun-turun semenjak ada beras dari Bulog juga," ujar Jayus.
Padahal, lanjut Jayus, sudah banyak pembeli yang lebih memilih beras Bulog dibanding beras premium karena harganya yang lebih terjangkau. Dalam seminggu terakhir, bahkan dirinya mengaku sudah menjual 100 kilogram beras Bulog. Namun tetap saja itu tak kunjung menurunkan harga beras premium.