REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kandidat calon Gubernur Jawa Barat (Cagub Jabar) Deddy Mizwar, menanggapi santai hasil survei Poltracking Indonesia yang merilis angka elektabilitasnya masih tertinggal jauh dibanding Ridwan Kamil. Deddy menilai, hasil survei tidak bisa dijadikan patokan untuk meraih kemenangan di Pilkada.
"Kalau di bawah kenapa? Kadang-kadang enak di bawah dibanding di atas," ujar Deddy Mizwar di Bandung, Selasa (5/12).
Dalam hasil survei Poltracking Indonesia, Ridwan Kamil menempati urutan pertama dalam sisi elektabilitas dengan 24,2 persen, Deddy Mizwar 7,1 persen, dan Dedi Mulyadi dengan 4,3 persen. Menurutnya, hasil survei bukanlah menjadi suatu patokan yang mesti dikhawatirkan. Ia meyakini hasil tersebut tidak akan menjamin dapat memenangkan Pemilu 2018.
"Jabar dinamis. Bisa berubah. Enggak ada jaminan di jabar ini survei tinggi dari awal menjadi pemenang. Karena perubahan dinamika di Jabar ini begitu cepat," katanya.
Meski begitu, ia bersama partai koalisi akan tetap bekerja untuk meningkatkan elektabilitasnya agar dapat memenangkan Pilgub 2018. "Kita tetap berupaya dengan strategi yang tepat," ucapnya.
Sementara itu, Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Barat Irfan Suryanaga mengatakan, hasil polling survei bukanlah patokan untuk bisa memenangkan Pemilu. Ia menyontohkan, dari hasil pemilihan terdahulu, angka survei menempatkan Agum Gumelar-Numan Abdul Hakim di posisi pertama dengan 51 persen. Sementara pemenang Pilgub jatuh kepada Ahmad Heryawan-Dede Yusuf yang elektabilitasnya hanya mendapatkan 7 persen ketika survei.
"Tapi yang menang pasangan Hade (Heryawan-Dede Yusuf). Pilkada kedua Dede Yusuf 41 persen. Ahmad Heryawan turun dari 16 persen menjadi 12 persen. Tapi akhirnya Pak Aher yang menang," katanya.