REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Khatib shalat Idul Fitri di masjid Istiqlal Quraish Shihab mengingatkan bahwa nasionalisme, patriotisme, dan cinta tanah air adalah fitrah (naluri) manusia. "Tanah air adalah ibu pertiwi yang sangat mencintai kita sehingga mempersembahkan segalanya buat kita, kita pun secara naluriah mencintainya. Itulah fitrah, naluri manusiawi, karena itu 'hubbu al-wathan minal iman', cinta tanah air adalah manifestasi dan dampak keimanan," kata Quraish di Masjid Istiqlal Jakarta, Ahad (25/6).
Presiden RI Joko Widodo dan Ibu Negara, Iriana Joko Widodo beserta putrinya, Kahiyang Ayu dan putranya, Kaesang Pangarep, ikut melaksanakan shalat Ied di masjid tersebut. Bersama Presiden dan keluarga, hadir pula Wakil Presiden Jusuf Kalla beserta Mufidah Jusuf Kalla, Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat dan istri, Happy Farida, serta para menteri Kabinet Kerja, pimpinan lembaga negara, dan duta besar negara sahabat.
"Tanah Air kita terbentang dari Sabang sampai Merauke harus dibangun dan dimakmurkan serta dipelihara persatuan dan kesatuannya," kata Quraish. Persatuan dan kesatuan, menurut Quraish, anugerah Tuhan yang tidak ternilai karena sebaliknya, perpecahan dan tercabik-cabiknya masyarkat adalah bentuk siksa Allah.
Kesatuan itu, menurut Quraish, memiliki tiga arti. "Pertama, kesatuan seluruh makhluk karena semua makhluk kendati berbeda-beda namun semua diciptakan dan di bawah kendali Allah," ungkapnya.
Arti kedua, karena semua manusia berasal dari tanah sehingga semua manusia harus dihormati kemanusiannya, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat walau mereka durhaka. "Memang jika ada manusia yang menyebarkan teror, mencegah tegaknya keadilan, menempuh jalan yang bukan jalan kedamaian, maka kemanusiaan harus mencegahnya," katanya.
Arti ketiga adalah kesatuan bangsa meski berbeda agama, suku, kepercayaan, maupun pandangan politik. "Mereka semua bersaudara, berkedududukan sama dari kebangsaan. Kesadaran tentang kesatuan dan persatuan itulah yang mengharuskan kita duduk bersama bermusyawarah demi kemaslahanan dan itulah makna 'kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan'," kata Quraish.