Rabu 04 Jan 2017 12:22 WIB

Musibah KM Zahro Momentum Pembenahan Transportasi Kepulauan

Sejumlah personel Basarnas mencari korban Kapal Zahro Express yang terbakar menggunakan perahu karet di Perairan Teluk Jakarta, Senin (2/1).
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah personel Basarnas mencari korban Kapal Zahro Express yang terbakar menggunakan perahu karet di Perairan Teluk Jakarta, Senin (2/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musibah tenggelamnya KM Zahro Express yang menewaskan sebagian penumpangnya di wilayah perairan Teluk Jakarta merupakan momentum pembenahan sektor transportasi laut. Ini penting terutama mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan.

Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Triwisaksana menyampaikan keprihatinan dan duka yang mendalam atas terjadinya kebakaran yang menimpa pada KM Zahro yang melayani transportasi ke Pulau Tidung Kepulauan Seribu di hari pertama tahun 2017. "Sedikitnya 23 orang meninggal dan 17 lainnya masih dalam pencarian dari total sekitar 230 orang penumpang. Ini tentu patut disayangkan pada saat kita ingin meningkatkan pariwisata ke Kepulauan Seribu," kata politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu, Rabu (4/1).

Dia mengingatkan bahwa kejadian ini merupakan yang kedua karena pada tahun 2015, kapal milik dinas juga mengalami kebakaran yang menyebabkan 80 orang terluka. Beragam peristiwa nahas tersebut, lanjutnya, perlu menjadi bahan evaluasi manajemen transportasi ke Pulau Seribu yang perlu dibenahi.

Dia mengemukakan, di antara beragam tata kelola transportasi yang perlu dibenahi antara lain adalah pemeriksaan kelaikan kapal untuk berlayar, yang dinilai penting apalagi ketika terjadi gelombang tinggi. "Selama ini pemeriksaan kelaikan untuk kapal berlayar di pelabuhan ini diduga lemah dan banyak permainan sehingga kapal yang tidak laik atau yang kelebihan muatan tetap diizinkan jalan," ucapnya.

Dia juga mengemukakan bahwa seharusnya tersedia jumlah petugas yang cukup dan cakap untuk melakukan pemeriksaan kelaikan kapal secara detail. Sebelumnya, pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno menilai pengelolaan terminal penumpang pelabuhan harus dibenahi karena adanya manifes penumpang kapal yang tidak diketahui.

"Yang masih sering lalai selalu soal manifes dan ketersediaan instrumen keselamatan. Setiap kecelakaan kapal, sering terjadi manifes yang tidak sesuai," ujarnya.

Pengelolaan terminal penumpang di setiap pelabuhan harus dibenahi dengan menjadikannya lebih steril dan tidak semua orang boleh masuk. Penyediaan instrumen keselamatan kapal, menurut dia, juga masih diabaikan, padahal minimal di kapal apa pun harus tersedia pelampung, bahkan untuk kapal besar, harus ada petunjuk penyelamatan seperti saat naik pesawat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement