Jumat 04 Nov 2016 08:15 WIB

Peserta Aksi Damai Diminta Waspadai Dehidrasi

Massa demonstran membanjiri halaman Istiqlal, Jumat (4/11) pagi.
Foto: Singgih
Massa demonstran membanjiri halaman Istiqlal, Jumat (4/11) pagi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli penyakit dalam dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Ari F Syam mengingatkan para peserta yang ikut dalam aksi damai 4 November mewaspadai dehidrasi atau kekurangan cairan.

"Para pengunjuk rasa dalam aksi damai tersebut harus mewaspadai dehidrasi, karena pengunjuk rasa melakukan aksi jalan kaki dan sesekali berteriak. Hal itu akan membuat kita mudah dehidrasi," ujar Ari di Jakarta, Jumat (4/11).
 
Para pengunjuk rasa, lanjut dia, akan terpapar suhu panas karena diperkirakan suhu udara di Jakarta 30 derajat celcius. Kondisi itu akan membuat para pengunjuk rasa cepat bekeringat dan mudah jatuh dalam kondisi dehidrasi.
 
"Kondisi dehidrasi membuat emosi para pengujuk rasa menjadi meningkat dan mereka cenderung menjadi lebih agresif. Oleh karena itu bagi para pengunjuk rasa yang berjalan kaki, berteriak jangan lupa membawa minuman," tambah dia.
 
Secara normal kebutuhan cairan delapan-10 gelas per hari atau sekitar dua liter sehari. Pada saat para pengunjuk rasa terpapar panas dan berjalan kaki menyebabkan tubuh berkeringat, maka kebutuhan cairan harus ditingkatkan dan sebaiknya juga dengan cairan isotonik. Hal ini mencegah agar jangan sampai terjadi kekurangan cairan dan elektrolit.
 
Pada seseorang yang mengalami dehidrasi, selain lebih sensitif dan emosinya menjadi tidak terkendali, mereka juga susah berpikir jernih. Orang yang mengalami dehidrasi akan mengalami pusing, sakit kepala dan jika kondisi dehidrasi bertambah berat bisa fatal sampai pingsan atau tidak sadar dan menyebabkan kematian.
 
"Tidak jarang kita mendengar para pengunjuk rasa pingsan saat melakukan aksinya. Kondisi panas yang menerpa akan memperburuk terjadinya dehidrasi," ujarnya.
 
Para pengunjuk rasa harus mendeteksi adanya kekurangan cairan yang terjadi. Ari menyebut beberapa tanda dehidrasi yakni terasa haus, mulut kering, air ludah lengket dan kepala terasa pusing. "Bagi mereka yang sudah mengalami gejala tersebut segera minum agar kondisi kekurangan cairan bertambah buruk. Selain itu karena umumnya saat melakukan unjuk rasa para pengunjuk rasa berteriak maka tenggorokan mereka bisa kering dan bisa mengalami iritasi oleh karena itu harus tetap minum dan diusahakan jangan minum yang dingin," imbuh dia.
 
Upaya mencegah terjadinya dehidrasi sebenarnya bukan saja untuk para pengunjuk rasa tetapi juga untuk para petugas yang sedang menjalani tugas mengamankan aksi unjuk rasa tersebut. Upaya simpatik dapat dilakukan dari kedua belah pihak baik dari para pengunjuk rasa maupun petugas untuk saling berbagi minuman. Minum dan tetap minum agar demonstrasi berjalan damai.
 
Selain minum, para pengunjuk rasa juga diminta untuk makan siang atau makan sebelum shalat Jumat. Hipoglikemi atau kekurangan gula darah bisa terjadi jika para pengunjuk rasa tidak sarapan pagi dan kondisi ini akan membuat badan terasa lemas dan kepala sempoyongan. Oleh karena itu dianjurkan makan dan mengisi perut terlebih dahulu saat melakukan aksi damai turun ke jalan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement