Jumat 04 Nov 2016 07:25 WIB

Dini Hari di Istiqlal, dari yang Sarungan Sampai Bercelana Cingkrang

Rep: Amri Amrullah/ Red: Indira Rezkisari
Sejumlah anggota Ormas Islam dari berbagai daerah berkumpul di halaman Mesjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Kamis (3/11) malam.
Foto: Antara
Sejumlah anggota Ormas Islam dari berbagai daerah berkumpul di halaman Mesjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Kamis (3/11) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama ini umat Islam di Indonesia seringkali terpecah belah akibat hal yang khilafiyah. Namun perbedaan aliran dan mazhab yang sifatnya khilafiyah tersebut sepertinya pudar ketika menyaksikan para pendemo yang berkumpul dan terus berdatangan ke Masjid Istiqlal pada Kamis (3/11) malam.

Sudah menjadi pemahaman bersama perbedaan aliran dalam umat Islam seringkali tergambar dari cara berpakaian. Kaum santri  yang seringkali disimbolkan dengan kelompok sarungan dan kelompok Salafi yang identik dengan celana cingkrang, berbaur tidur bersama di area dalam halaman Masjid Istiqlal.

Wahyu (18 tahun), santri Pondok Pesantren Menes di Pandeglang, mengakui bersama para santri lain sengaja menginap di Masjid Istiqlal untuk ikut dalam Aksi membela Islam Jumat (4/11) besok. "Kita ikut demo besok bersama para santri lain dari Banten mas," kata dia kepada Republika.co.id, Kamis malam.

Dengan menggunakan sarung dan membawa bendera PerguNU, Wahyu bersama puluhan santri lainnya berangkat dari Pandeglang Kamis siang dan tiba di Masjid Istiqlal sore, langsung berbaur dengan ribuan massa umat Islam yang telah berkumpul sejak sore.

Hal yang sama dilakukan Novel (42 tahun) pendemo asal Manado yang berangkat dari Surabaya ke Jakarta sejak Rabu malam. Pedagang asongan ini rela meninggalkan urusan dagangnya untuk menginap di Masjid Istiqlal, Kamis malam demi ikut aksi solidaritas membela Islam hari ini.

Novel dengan ciri khas ke-Islamannya berjidat kehitaman, berjenggot panjang dan bercelana cingkrang ini mengaku hanya membawa sebuah tas dari Surabaya hingga Jakarta. Berbekal seruan dari para ulama, Novel mengatakan mengikuti seruan ulama untuk ikut membela Islam dari penghinaan Ahok.

Menurutnya walaupun Ahok sudah meminta maaf, namun bagi umat Islam pernyataan Ahok itu harus diberi sanksi hukum. "Ini urusan agama bukan partai apalagi politik. Kalau cuma politik ngapain saya jauh jauh ke sini, berkorban waktu biaya dan fisik," katanya lantang.

Namun di balik kelantangan sikapnya ini,  sesekali Novel menawarkan bekal yang ia miliki kepada wartawan termasuk massa pendemo lain disekitarnya. "Kita umat Islam harus bersatu demi menjaga agama, apapun latar belakang perbedaannya dan mazhabnya," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement