REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pendiri dan Chairman dari Culture, Arts, & Technology Empowerment Community (CATEC), Dr Ing Ilham Akbar Habibie MBA mengatakan kuliner menjadi ekonomi kreatif Indonesia tertinggi sebesar 33 persen.
"Unggulan produk Indonesia adalah ekonomi kreatif. Kuliner menjadi produk tertinggi yang menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 33 persen, kemudian busana 27 persen dan kriya 15 persen," katanya dalam orasi ilmiah di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) Surabaya, Jumat (20/5).
Dalam orasi bertajuk "Penguasaan Teknologi Terapan dalam Inovasi Industri Kreatif di Indonesia" itu, ia mengatakan masyarakat seharusnya bisa lebih fokus terhadap pengembangan ekonomi kreatif, apalagi dengan adanya pasar global Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
"Karya seni hanya nol persen dari serapan PDB, karena para seniman menjual karyanya secara individu serta pasar seni di Indonesia juga masih minim, sehingga para seniman harus inovatif, misalnya membuat barang sehari-hari bersifat seni," jelasnya.
Presiden Direktur PT Ilthabi Rekatama itu menuturkan ada beberapa hal yang diperhatikan untuk mencapai potensi ekonomi kreatif, yaitu berinvestasi ke "human capital".
"Langkah pertama yaitu berinvestasi ke 'human capital', yaitu pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan seseorang yang dapat digunakan menghasilkan layanan profesional," ujarnya.
Langkah kedua, ia menambahkan berinvestasi ke sains dan teknologi, karena sains dan teknologi setiap hari semakin berkembang. Ketiga, membina dan mendukung inovasi dan kewirausahaan. "Berdasarkan riset dari McKinsey Global Institute menyatakan Indonesia akan menjadi negara dengan perekonomian terbesar ketujuh secara global pada 2030," ujar anak sulung Presiden ketiga, BJ Habibie.
Hal ini disebabkan, lanjutnya, pada masa itu nantinya Indonesia akan mengalami bonus demografi, yaitu penduduk dalam suatu negara rata-rata usianya berada dalam masa produktif, antara 15 hingga 64 tahun, yang berpotensi menumbuhkan perekonomian negara.
"Di sisi lain, masyarakat harus ada inovasi dan kreativitas untuk menghasilkan produk berkualitas. Masyarakat pun harus percaya diri pada produk yang dihasilkan," terangnya.
Ia mencontohkan, pada 20 tahun yang lalu, mobil buatan Korea masih dianggap remeh di pasar otomotif, namun saat ini kualitas mobil buatan Korea dinilai sama dengan perusahaan besar otomotif. "Kita harus percaya diri dengan produk yang dihasilkan, kita bisa mencontoh mobil Korea karena bisa saja 10 tahun lagi, produk kita menjadi unggulan di dunia," katanya.