Ahad 03 Apr 2016 19:27 WIB

Pengamat: Cara Pemecatan Fahri Jauh dari Etika PKS

Rep: Amri Amrullah/ Red: Karta Raharja Ucu
Fahri Hamzah
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Fahri Hamzah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Surat pemberhentian Fachri Hamzah dari semua jenjang keanggotaan PKS bisa menjadi polemik di internal partai yang dulu mengklaim partai dakwah ini. Sebab, selama ini PKS dikenal sebagai partai yang menjaga solidaritas kadernya di mata publik.

Menurut pengamat politik UIN, Syarif Hidayatullah, Gun Gun Heryanto terlepas dari beragam kontroversi dan penilaian suka atau tidak suka terhadap Fahri Hamzah, pemecatan dan bocornya surat pemeberhentian itu seharusnya tidak terjadi di partai sekelas seperti PKS.

(Baca Juga: PKS Dikabarkan Pecat Fahri Hamzah)

Gun Gun menilai tidak mungkin yang melakukan pembocoran surat ini tanpa keterlibatan orang dalam. Dan pemecatan Fahri ini yang tidak melalui sanksi berjenjang seperti ini pun, dianggap dia telah memperburuk partai di mata kader dan masyarakat.

"PKS biasanya tidak seperti ini. Karena pks sangat terbiasa membangun kohesi politik dan sosial sesama kader," kata dia kepada Republika.co.id, Ahad (3/4).

(Baca Juga: Ini Penjelasan Presiden PKS Soal Kabar Pemecatan Fahri Hamzah)

Kalau keputusan yang jarang dilakukan PKS ini kemudian mencuat ke publik, menurut dia memang ada eskalasi konflik yang selama ini sudah tidak terfasilitasi lagi di internal partai. "Kesalahan Fachri pimpinan yang lebih tahu, terlepas dari suka atau tidaknya terhadap Fachri, tidak pernah ada kader PKS yang dihukum sedasyat itu. Ini luar biasa," ucap dia.

Sebelumnya Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah dikabarkan dipecat dari PKS. Kabar itu muncul setelah beredarnya sebuah surat berisi pemecatan Fahri beredar di kalangan wartawan.

Dijelaskan di akhir surat tersebut Majelis Tahkim menerima rekomendasi BPDO (Badan Penegak Disiplin Organisasi PKS, yaitu pemberhentian Saudara Fahri Hamzah, SE dari semua jenjang keanggotaan PKS.

 

(Baca juga: Presiden PKS Sebut Fahri Hamzah Dapat 'SK' Baru)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement