REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Pemkab Purwakarta, Jawa Barat, akan menambah luasan laboratorium pertanian. Yakni, dengan membeli areal persawahan. Tahun ini, sawah yang dibeli pemerintahan ini sekitar 10 hektare dengan alokasi anggaran Rp 10 miliar. Sebelumnya, Purwakarta telah memiliki laboratorium itu seluas 20 hektare. Laboratorium tersebut, nantinya akan dikelola oleh sekolah yang telah mengaplikasikan pendidikan berkarakter.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, mengatakan, sekarang ini sudah saatnya anak-anak sekolah turut andil dalam program ketahanan pangan. Karenanya, sejak dini mereka kembali dikenalkan pada pelajaran menanam padi, menanam palawija, beternak, maupun berniaga. Pelajaran seperti ini, memang tidak masuk dalam pendidikan akademis. Karenanya, di Purwakarta anak-anak kembali di ajak untuk praktik di lapangan.
"Yang dibutuhkan di Indonesia itu, bukan nilai-nilai pendidikan akademis," ujar Dedi, kepada Republika.co.id, Rabu (23/3).
Selama ini, pelajaran di Indonesia lebih pada aspek penilaian di buku raport semata. Sedangkan, pelajar-pelajaran yang berkaitan dengan upaya menjaga ketahanan pangan telah dilupakan. Padahal itu yang terpenting. Jika anak-anak tidak tertarik dengan pertanian, siapa yang akan meneruskan jadi petani?
Dengan begitu, melalui pendidikan berkarakter, Purwakarta bermimpi jadi daerah yang bisa memertahankan dan menjaga bahan pangan. Salah satunya, anak-anak harus banyak belajar di sawah, kebun, ladang, kolam ikan. Pelajaran di lapangan ini, porsinya harus 80 persen. Sisanya, yang 20 persen yakni pelajaran yang berorientasi pada nilai-nilai akademis.
Guna mewujudkan hal itu, lanjut Dedi, Pemkab Purwakarta berupaya menyediakan fasilitasnya. Salah satunya, dengan pengadaan laboratorium pertanian. Di perkotaan, sudah ada 20 hektare sawah yang dikelola oleh sekolah. Salah satunya, di kelola SMPN I Purwakarta.