REPUBLIKA.CO.ID, BULELENG -- Curah hujan terus meningkat pada akhir Januari hingga awal Februari 2016 sehingga potensi banjir dan longsor juga semakin meningkat. Hujan deras yang berlangsung pada Sabtu (23/1) sore hingga Ahad (24/1) telah menyebabkan banjir bandang di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.
"Banjir bandang menerjang dua desa yaitu Desa Musi dan Desa Penyabangan Kecamatan Gerokgak pada Ahad pukul 16.00 WITA," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran persnya, Senin (25/1).
Sebanyak 56 rumah terdampak, di mana delapan rumah rata dengan tanah di Desa Musi, sedangkan di Desa Penyabangan terdapat 36 rumah terdampak, dimana 13 rumah di antaranya rata dengan tanah. Tiga bangunan fasilitas umum mengalami kerusakan.
Banjir bandang juga menghanyutkan sepeda motor, ternak dan perusak kebun masyakarat. Tidak ada korban jiwa akibat banjir. Sebanyak 36 kepala keluarga (KK) mengungsi.
"Banjir terjadi dengan cepat meluncur membawa material batu, kayu gelondongan, dan air bercampur lumpur," kata dia.
Tinggi banjir mencapai 1,2 meter. Posisi kedua desa tersebut berada di bawa lereng perbukitan. Diindikasikan sebelumnya terbentuk bendungan alami di perbukitan akibat longsor dan saluran tertutup oleh kayu-kayu pohon.
Selanjutnya bendungan alam tersebut tidak mampu menampung aliran permukaan dari air hujan, yang kemudian jebol dan menghantam permukiman di bawahnya. Masyarakat yang tinggal di bawah perbukitan hendaknya selalu waspada.
"Kenali tanda-tanda potensi banjir bandang seperti di hulu hujan deras tetapi debit sungai atau aliran di bawah tetap kecil," ujar Sutopo.
Aliran tetap jernih airnya. Lakukan pengecekan di alur sungai atau lembah apakah ada pembendungan atau tidak. Jika ada segera dibongkar.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng serta Provinsi Bali, TNI, Polri, SKPD, relawan, dan masyarakat melakukan penanganan darurat. Sutopo mengatakan saat ini banjir telah surut. Perlu alat berat guna membersihkan material dan lumpur.