REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- PJT II Jatiluhur, sebagai pengelola Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jabar, mengusulkan supaya dibuatkan modifikasi cuaca (hujan buatan). Menyusul, terus menyusutnya air di waduk itu yang secara signifikan. Saat ini saja, ketinggian air berada di level 91,50 meter. Bila sampai Oktober, hujan tak kunjung turun, maka perusahaan BUMN tersebut meminta pemerintah pusat untuk segera melakukan hujan buatan.
Direktur Pengelolaan Air PJT II Jatiluhur, Harry M Sungguh, mengatakan, saat ini debit air untuk irigasi dan air baku industri masih cukup aman. Namun, ketinggian airnya sudah berada di level hati-hati. Karena, setiap hari ketinggian air mengalami pergerakan penurunan yang cukup signifikan.
"Dengan penyusutan ini, kami tak bisa tinggal diam," ujar Harry, kepada Republika.co.id, Senin (28/9).
Apalagi, musim panas tahun ini cukup ekstrim. Sudah tujuh bulan, kemarau melanda wilayah Purwakarta. Kondisi ini, memengaruhi volume air di waduk terbesar di Jabar ini.
Karena itu, sejak awal September lalu, pihaknya sudah mengusulkan modifikasi cuaca atau hujan buatan ke Kementerian PU. Tetapi, usulan tersebut hingga kini belum ada tanggapan dari pusat.
Padahal, modifikasi cuaca ini sangatlah penting. Supaya, terjadi turun hujan, khususnya di wilayah hulu Citarum. Jika di hulu Citarum hujan, maka akan ada penambahan debit air yang masuk ke Waduk Jatiluhur.
"Kalau di wilayah Purwakarta, sampai sekarang belum turun hujan. Tapi, di Bandung sudah hujan, mudah-mudahan kondisi itu baik," jelasnya.
Menurut Harry, sampai hari ini air masuk dan keluar masih belum seimbang. Air yang masuk ke Jatiluhur hanya 140 meter kubik per detik. Sedangkan, air yang keluar cukup besar yakni mencapai 160 meter kubik per detik.