REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN -- Kebakaran hutan di Gunung Ciremai yang terjadi sejak hampir sepekan terakhir, hingga kini masih belum dapat dipadamkan. Warga pun diminta peran sertanya untuk memadamkan api dengan cara menggelar shalat istisqo (solat minta hujan).
"(Kebakaran) masih," ujar Kepala Seksi Taman Nasional Wilayah 1 Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC), Hawal Widodo, kepada Republika, Kamis (20/8) pagi.
Widodo menjelaskan, upaya pemadaman selama ini terkendala oleh cuaca panas dan tiupan angin yang kencang. Apalagi, lokasi yang terbakar pun medannya sulit terjangkau.
Titik api kebakaran di Gunung Ciremai diketahui bermula di wilayah Sadarehe, Kabupaten Majalengka, Jumat (14/8) sekitar pukul 18.00 WIB. Kencangnya tiupan angin dengan cepat membuat api merembet ke wilayah Kuningan pada Ahad (16/8) dan berlangsung hingga saat ini.
Kebakaran kini telah mulai merembet ke hamparan vegetasi di bagian utara lereng puncak Gunung Ciremai. Bahkan, kebakaran pun telah meluas ke bagian lereng timur laut sekitar Blok Pangasinan, mendekati bagian puncak jalur pendakian Linggarjati, Kabupaten Kuningan.
Untuk mencegah terus meluasnya kebakaran, pihak BTNGC bersama dengan BPBD Kuningan, tim ranger Palutungan dan Linggarjati, TNI serta Polri mengirimkan tim untuk melokalisasi api dengan menggunakan alur sekat bakar. Selain itu, dibangun pula posko di titik Lambosir, yang dekat dengan lokasi kebakaran.
"Kami pun sudah mengajukan permintaan bantuan pemadaman dengan helikopter ke Kementerian Lingkungan Hidup. Tapi mungkin karena kondisi di lokasinya belum memungkinkan, jadi (pemadaman dengan helikopter) belum," terang Widodo.
Berdasarkan catatan Republika, kebakaran kerap melanda Gunung Ciremai di musim kemarau. Kebakaran besar di kawasan itu pernah terjadi pada pertengahan September 2006 dan Oktober 2006. Dari dua kali kebakaran tersebut, lahan yang terbakar mencapai sekitar 1.450 hektare. Semua peristiwa kebakaran itu terjadi di musim kemarau dengan cuaca panas dan tiupan angin kering yang mempercepat luasnya kobaran api.