Jumat 07 Aug 2015 09:45 WIB

Masa Depan Muhammadiyah

Muhammadiyah.
Foto: Muhammadiyah.
Muhammadiyah.

Jihad dalam bidang apa pun pasti memerlukan pengorbanan harta (untuk logistik) dan pengorbnan jiwa (manusia yang bertanggung jawab mengatur strategi, program, dan rangkaian aksi). Tidak ada jihad tanpa pengorbanan amwal dan anfus.

Cerita tentang KH Ahmad Dahlan pada suatu pagi buta memukul kentongan sehingga menggegerkan warga Kauman perlu kita ambil moral lesson-nya. Warga Kauman menyangka ada pencurian atau musibah besar. Ternyata KH Ahmad Dahlan mau melelang jam dinding, perhiasan istrinya, dan perabotan rumah tangga untuk membiayai amal saleh (dakwah) Muhammadiyah. Jihad dengan harta bukan hanya diajarkan oleh pendiri Muhammadiyah, tetapi dilaksanakan dalam perbuatan nyata.

Ketiga, semangat jihad yang lembek. Kadang kala kita menemukan kader Muhammadiyah yang terlalu mudah mengkritik sesama Muslim dengan tuduhan bid'ah. Dengan segala kerendahan hati, kita harus ingat, pada dasarnya ada dua jenis bid'ah atau ibtida'. Yang pertama bid'ah bi ziyadah, yakni menambah-nambah apa yang tak diajarkan. Kedua, bid'ah bi nuqshan, yakni mengurang-ngurangi apa yang diajarkan.

Daripada kita mencari kesalahan pihak lain, lebih baik kita bertanya, "Jangan-jangan kita tanpa sadar melakukan ibtida' bi nuqshan?" Misalnya, ajaran jihad yang demikian sentral dalam Alquran maupun sunah Nabi cenderung kita lupakan?

Keempat, posisi yang diambil Muhammadiyah, cukup jelas dan mantap, seperti dijelaskan dalam Alquran. Ada yang berpegang teguh pada kalimah thayyibah sehingga memunculkan syajarah thayyibah yang memberi manfaat ke alam sekitarnya sepanjang masa dengan izin Tuhannya. Ada pula yang berpegang pada kalimah khabitsah dan melahirkan syajarah khabitsah, bagaikan pohon buruk yang tumbang menjadi penghalang kebaikan.

Kelima, Alquran memberi petunjuk bahwa kaum Muslim harus memerangi kaum musyrikin secara kaaffah/ (menyeluruh, totalitas) sebagaimana mereka memerangi kaum Muslim secara kafah (at-Taubah: 36). Perintah Alquran agar kita menghadapi serbuan kaum musyrikin secara kafah itu dalam konteks perang yang sedang berjalan.

Jangan disalahpahami, seolah-olah kita harus menyerbu kaum musyrikin dalam keadaan damai, tanpa sebab, sehingga kita disuruh Alquran membuat gara-gara. Sangat jauh dari hal itu. Yang penting kita pahami, geliat dan postur yang diambil kaum musyrikin itu harus kita wapadai supaya kita tidak mudah terkejut karena tak membaca langkah mereka yang sama sekali tidak pernah kenal lelah.

Hanya ada lima kata kafah dalam Alquran dan ada dua kata itu dalam satu ayat. Dari petunjuk Alquran ini, bahwa orang-orang musyrik dalam arti luas menggunakan totalitas kemampuan mereka untuk meredupkan cahaya Allah. Musuh-musuh kebenaran, sejak dulu sampai kapan pun, akan secara total menggunakan organisasi, koordinasi yang rapi, dan pembagian kerja untuk melemahkan kaum pendukung kebenaran dan keadilan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement