REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia dan Turki sepakat menjalin kerjasama dalam pemberantasan terorisme. Dalam pertemuan bilateral yang dilakukan Presiden Joko Widodo dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan, dibahas rencana penempatan agen intelijen Indonesia di Turki.
"Tadi kita minta agar ada kerjasama intelejen, kerjasama informasi, ada nanti yang kita tempatkan di sana," ujar Presiden Joko Widodo usai pertemuan di Istana Merdeka, Jumat (31/7).
Penempatan agen intelijen tersebut dipandang perlu oleh pemerintah Indonesia sebab banyak anggota ISIS yang berangkat ke Suriah melalui Turki.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Erdogan juga menyinggung ancaman terorisme yang melanda sejumlah kawasan di Timur Tengah, seperti Suriah, Irak, Iran dan Mesir. Masalah terorisme, kata dia, telah menjadi isu dunia yang sangat serius.
Menurut Erdogan, pihaknya telah mendeportasi lebih dari 1.600 orang yang diduga terlibat dengan aktivitas terorisme. Kini, Turki pun memperketat pengawasan di wilayah perbatasan.
"Kita keluarkan yang masuk ke negara kita, khususnya terkait terorisme. Kita harus jaga perbatasan kita untuk itu," kata Erdogan.
Oleh karenanya, ia juga mengajak Indonesia untuk bersama-sama menjaga perbatasan agar tidak disusupi anggota ISIS.
Selain membahas kerjasama pemberantasan terorisme, kedua kepala negara juga sepakat meningkatkan kerjasama ekonomi, diantaranya dalam bidang industri galangan kapal, industri peralatan militer, pembangkit listrik tenaga gas dan pariwisata. Indonesia dan Turki juga sepakat merealisasikan free trade agreement yang ditargetkan terwujud akhir tahun ini.