REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla mengakui pesawat Hercules C-130 yang jatuh di Medan, Sumatera Utara, Selasa (30/6), sudah tua. Ia pun mengatakan pemerintah berusaha memperbarui alat utama sistem senjata secara bertahap.
"Memang ini pesawat tua, sudah 50 tahun. Tapi ini mau diretrofit. Semua memang kita punya 20 Hercules. Tentara itu baru beli pesawat tahun 1950-1960, waktu zamannya Bung Karno dan zaman Jenderal Yusuf. Tahun 1960 itu awal-awal (beli) Hercules," katanya.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan alat utama sistem senjata atau alutsista militer harus segera diperbarui secara bertahap.
"Tentu pasti rencana Pemerintah memperbarui alutsista kita secara bertahap. Kalau pesawat angkut memang (Pemerintah) baru beli CN-295," ujarnya.
Hingga Senin petang, Wapres Kalla mengaku belum mendapatkan laporan terkait penyebab kecelakaan tersebut. Wapres menduga jatuhnya pesawat Hercules itu disebabkan oleh masalah teknis.
"Ya namanya (kecelakaan) pesawat militer atau sipil bisa karena teknis, manusia atau alam. Tapi ini kelihatannya karena teknis, saya baca laporannya dia mau kembali," jelasnya.
Sementara itu Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq mengatakan, pascajatuhnya pesawat Hercules C-130 di Medan, Sumatera Utara, Selasa siang, pola modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) harus meninggalkan pola hibah.
"Menerima barang bekas lalu di 'upgrade', risikonya sangat besar," katanya di Gedung Nusantara II, Jakarta, Selasa.
Mahfudz mengatakan, baru mendapat konfirmasi bahwa benar ada pesawat Hercules C-130 jatuh di Medan, Sumatera Utara. Namun, menurut dia, dirinya masih memastikan apakah pesawat jatuh itu berasal dari hibah Australia atau pesawat lama yang di "upgrade" di Singapura.
"Namun kasus ini menyusul jatuhnya pesawat F-16 beberapa waktu lalu, urgensi untuk segera memperbarui alulsista TNI terutama alat angkutnya," ujarnya.