REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banjir datang lagi di Ibu Kota sejak dua hari terakhir. Ia kembali membuat warga kota tak berdaya, sebab aktivitas ekonomi dan transportasi yang terhambat.
Merespons hal tersebut Wakil Komite Tetap Pelatihan Ketenagakerjaan Kadin Indonesia Dasril Yadir Rangkuti angkat bicara, meski diakuinya, ia belum ada hitung-hitungan pasti soal kerugian pada aspek ketenagakerjaan.
"Pastinya merugi, kelihatan dari produktivitas pekerja yang turun karena terhambat transportasi ketika mereka ingin berangkat dan pulang kerja," katanya kepada Republika pada Selasa (10/2). Kios dan sejumlah pusat perbelanjaan yang tutup karena banjir pun membuat para pekerja dan pengusaha terganggu pendapatannya.
Terlepas dari berapa jumlah kerugian para pekerja ibu kota karena banjir, ia pun menekankan soal sertifikasi pekerja yang berpotensi mengikis banjir. Dikatakannya, penting bagi semua pekerja, terutama yang berkaitan dengan penanggulangan banjir secara langsung maupun tidak langsung, memahami peran dan profesinya.
"Misalnya tukang sampah, selama ini belum dibuat prosedur standar kompetensinya, atau profesi lain seperti tenaga teknis waduk dan petugas penanggulangan banjir," tuturnya.
Jika sudah ada standar yang pasti, lantas para tenaga teknis tersebut memenuhi standar yang ditetapkan atas profesinya, maka ia optimis bencana banjir akan dapat diminimalisir. Sebab untuk mencegah secara keseluruhan, tetap dibutuhkan sinergi antarsektor, dari mulai pemerintah, kalangan industri dan masyarakat itu sendiri. Agar ketika hujan turun, hujan dapat dirasakan berkahnya bagi warga kota.