Senin 02 Feb 2015 00:13 WIB
Wabah demam berdarah

Banten Waspadai Demam Berdarah

Rep: c81/ Red: Agung Sasongko
Nyamuk demam berdarah.
Foto: AP
Nyamuk demam berdarah.

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG  -- Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di beberapa wilayah di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Sejumlah daerah bahkan menetapkan KLP DBD karena ada beberapa warganya yang meninggal karena DBD. Sementara, di Provinsi Banten ternyata DBD masih dianggap belum membahayakan dan belum termasuk dalam Kejadian Luar Biasa (KLB).

Meski belum termasuk gawat, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten Sigit Wardjojo, mengaku adanya peningkatan kasus DBD terutama pada musim penghujan ini. "DBD di kita belum terlalu menonjol seperti di tempat-tempat lain. Hanya saja memang ada (kasus DBD), karena cuaca seperti ini, hujan panas, hujan panas terus, " kata Sigit, Ahad (1/2).

Berdasarkan data dari Dinkes Provinsi Banten, setidaknya di tahun 2014 tercatat sebanyak 2.660 kasus DBD. Dimana, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menjadi penymbang kasus DBD terbanyak dengan jumlah 570 kasus, disusul Kota Tangerang 472 kasus, Kota Cilegon 428 kasus.

Sedangkan untuk Kabupaten Tangerang 315 kasus, Kabupaten Lebak 289 kasus, Kabupaten Serang 284 kasus, Kota Serang 188 kasus, dan Kabipaten Pandeglang 114 kasus. "Yang jelas ga ada peningkatan yang drastis untuk tahun ini, masih landai-landai aja," terangnya.

Menurut Kasi Pembetantasan Penyakit Berbasis Binatang (P2B2), Yosan Apriyadi, jenis nyamuk Aedes Aegepti memang jenis nyamuk yang berkembang biak di perkotaan, karenanya banyak kasus justru terjadi di wilayah kota. "Nyamuk ini biasa muncul di genangan kaleng, vas bunga, tapi tidak hidup di genangan yang langsung tanah," ungkapnya.

Dinkes sendiri sebenarnya sudah melajukan berbagai hal guna mencegah perkembang biakan nyamuk pembawa virus penyakit DBD ini, salah satunya melakukan menggalakkan fooging atau pengasapan, penyebaran bubuk abate, hingga meningkatkan keaktifan Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di setiap desa dan keluarah.

Tenaga medis di tingkat Puskesmas pun didorong untuk lebih menggiatkan sosialisasi pencegahan pengembangbiakan nyamuk dengan cara Menutup, Mengubur, dan Menguras (3M) tempat-tempat yang diprediksi akan menjadi sarang nyamuk. "Kita menginginkan mencegah itu kan lebih baik dari pada pengobatan," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement