Sabtu 31 Jan 2015 06:02 WIB

Pensiunnya Si Nomor 10

Juan Roman Riquelme
Foto: fanpop.com
Juan Roman Riquelme

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Fernan Rahadi

Twitter: @fernanrahadi

"Jika kita harus berjalan dari A ke B, semua orang akan masuk ke jalan tol dan mencapai tujuan secepat mungkin. Semua orang kecuali Riquelme. Ia akan memilih jalan yang berkelok-kelok di pegunungan yang menghabiskan waktu enam jam lamanya. Akan tetapi jalan itulah yang membuat mata kita melihat banyak pemandangan indah."

Kalimat yang diucapkan Jorge Valdano itu tidak hanya pantas menjadi renungan para pecinta sepak bola, namun juga semua orang di seluruh dunia yang bahkan tak mengenal olahraga ini sekalipun.

Legenda Argentina itu tengah membicarakan seorang pesepak bola berbakat bernama Juan Roman Riquelme. Di saat ribuan pemain dari negaranya Evita Peron tersebut, juga di seluruh dunia, memilih mengejar prestasi sebanyak mungkin, Riquelme justru memilih jalan yang sebaliknya.

Lahir dari keluarga miskin di San Fernando, sebuah kota kecil di Argentina, Riquelme pertama kalinya menjadi buah bibir dunia usai memperkuat timnas Argentina U-20 pada turnamen FIFA World Youth Championship di Malaysia.

Pada turnamen tersebut, Riquelme yang saat itu bertindak sebagai kapten mencetak empat gol dan mengantarkan Albicelestes menjadi juara. Bersama dengan rekan-rekannya seperti Esteban Cambiasso, Pablo Aimar, dan Walter Samuel, ia pun menjadi incaran klub-klub besar Eropa.

Salah satu yang getol mengincarnya saat itu adalah AC Milan. Meskipun demikian, ia memilih memperkuat klub yang membesarkannya, Boca Juniors. Klub berjuluk Bosteros itu pun dibawanya menjuarai Piala Intercontinental 2000 usai menjungkalkan jawara Liga Champions pada tahun itu, Real Madrid.

Petualangan Riquelme di Eropa baru dimulai dua tahun kemudian saat Barcelona membelinya seharga 11 juta euro. Namun, kariernya bersama klub Katalan itu tak berlangsung lama. Karena sering tak dipakai pelatih Blaugrana saat itu, Louis van Gaal, sang playmaker lebih memilih dipinjamkan ke Villarreal.

Banyak yang tak menyangka Riquelme gagal sukses di Barcelona, klub Eropa yang gaya permainannya paling mendekati klub-klub Amerika Latin. Namun sejak awal Van Gaal tampaknya memang tak membutuhkannya. Ia bahkan menyebut pembelian Riquelme sebagai pembelian politis.

Van Gaal agaknya tak cocok dengan gaya permainan Riquelme yang bertipikal playmaker klasik. Apalagi pakem yang diusung pelatih asal Belanda itu sejak di Ajax Amsterdam adalah total football, dimana seluruh pemain harus memiliki kontribusi dalam menyerang maupun bertahan.

Riquelme yang bekarakter 'pemain nomor 10' jelas tidak memiliki kriteria tersebut. Ia lebih suka mengatur temponya sendiri dan bergerak sesuka hatinya. Ia jarang melakukan tekel dan membantu pertahanan, bahkan saat kehilangan bola sekalipun.

Di Villarreal, ia ternyata menemukan rumah baru. Tidak hanya karena banyak pemain Amerika Latin di sana seperti dua rekannya di timnas, Juan Pablo Sorin dan Rodolfo Arruabarrena, serta penyerang Uruguay Diego Forlan.Namun juga karena pelatih saat itu, Manuel Pellegrini, tahu benar apa yang diinginkan Riquelme.

Pelatih yang kini menangani Manchester City itu menempatkan pemain-pemain lain untuk menyokong Riquelme yang menjadi poros permainan tim. Hasilnya pun cukup mengejutkan karena Villarreal, yang tidak banyak diperkuat bintang, mampu menembus semifinal Liga Champions 2006.

Pada Piala Dunia 2006 di Jerman, saat pelatih Jose Pekerman memutuskan memanggil Riquelme, banyak orang yang memandang skeptis. Sang pemain dinilai sering memperlambat tempo permainan tim. Namun hal itu dijawab Riquelme dengan performa menawan yang mengantarkan Argentina ke perempat final.

"Beberapa orang mengatakan Riquelme lamban. Namun ia tidak lamban saat ia menguasai bola. Memang sudah seharusnya bola yang lari, bukan pemain," kata Pekerman terkait alasannya memanggil pemain yang sudah seperti anaknya sendiri itu.

Setahun usai memperkuat Argentina di Piala Dunia 2006, Riquelme kembali membuat langkah mengejutkan. Ia memutuskan kembali ke kampung halamannya untuk memperkuat Boca Juniors. Padahal saat itu usianya masih 28 tahun, usia emas untuk pemain sepak bola.

Sejak saat itulah nama Riquelme perlahan-lahan menghilang dari pusat perhatian dunia. Apalagi muncul banyak pemain muda Argentina yang mengejutkan sepak bola Eropa seperti Lionel Messi, Carlos Tevez, dan Sergio Aguero. Ia juga tak lagi dipanggil La Albiceleste di Piala Dunia 2010 dan 2014.

Saat Riquelme memutuskan pensiun 26 Januari 2015 lalu, pada usia 36 tahun, tak banyak media yang memberitakannya.  Ia memang tak secemerlang Messi ataupun seglamor Cristiano Ronaldo. Namun orang-orang seperti Valdano dan Pekerman tahu bahwa sepak bola baru saja kehilangan salah satu penghibur terbaiknya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement