REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gempa berkekuatan 6 pada Skala Richter menguncang wilayah Maluku, pada Ahad (7/12) pagi. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan gempa tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
BMKG mengatakan gempa terjadi sekitar pukul 05.05 WIB. Pusat gempa berada di laut 165 km barat laut Maluku Tenggara Barat. Pusat gempa di kedalaman 133 km. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan Posko BNPB telah mengkonfirmasi dan menganalisis dampak gempa.
"Getaran gempa dirasakan cukup keras beberapa detik. Warga sempat panik. Belum ada laporan kerusakan bangunan. Dampak gempa masih dilakukan pemantauan oleh BPBD Kab. Maluku Tenggara Barat," jelasnya.
Wilayah di sekitar Maluku Tenggara Barat dan Maluku Barat Daya adalah daerah yang rawan tinggi gempa karena berada pada pertemuan subduksi Hindia Australia dan Eurasia. Di lokasi pusat gempa yang terjadi hari ini berada pada palung dalam.
"Tingginya aktivitas tektonik dari sesar Wetar (Wetar Thrust) yang membujur dari utara Pulau Alor hingga Pulau Romang menyebabkan sering terjadi gempa cukup besar. Untungnya pusat gempa cukup dalam yaitu 133 km. Gempa 7.4 SR pernah terjadi pada daerah yang sama pada tanggal 10 Desember 2012 lalu," katanya.
Ia menjelaskan, wilayah timur Indonesia memiliki ancaman gempa dan tsunami yang lebih tinggi dibandingkan dengan di bagian barat. Kompleksnya kondisi geologi dan bercampurnya subduksi lempeng Hindia Australia, Pasifik, Eurasia dan Filipina menyebabkan seismisitas lebih rumit.
Sayangnya penelitian di wilayah ini masih minim. Padahal sejarah gempa dan tsunami mencatat bahwa dulu pernah terjadi. Bahkan catatan tsunami di Indonesia dari tahun 1629-2014 ada 174 kejadian tsunami, sekitar 60 persen terjadi di wilayah Indonesia bagian timur.
Dengan bertambahnya jumlah penduduk di wilayah ini maka sudah seharusnya pemerintah memberikan perhatian lebih serius dengan mengalokasikan anggaran untuk penelitian terkait gempabumi dan tsunami serta kesiapsiagaan masyarakatnya.
"Jika tidak gempa dan tsunami yang pasti akan terjadi suatu saat sesuai siklus geologinya dapat berpotensi menimbulkan korban jiwa yang besar," ujarnya.