REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG—Aksi unjuk rasa ‘menyambut’ kunjungan kerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Semarang, Selasa (2/12), berujung ricuh. Sedikitnya enam orang mahasiswa terluka setelah terlibat baku pukul dengan aparat kepolisian yang mengamankan jalannya aksi.
Sementara dua orang mahasiswa yang dianggap mencoba melakukan tindakan anrkis dalam aksi unjuk rasa ini juga diamankan aparat Polrestabes Semarang. Bentrok aparat kepolisian dengan mahasiswa ini terjadi saat, massa mahasiswa ngotot melakukan long march menuju Bandara Internasional Ahmad Yani.
Mereka ingin menyampikan aspirasi guna menyambut kedatangan Jokowi, yang melakukan serangkaian kegiatan di Kota Semarang. Namun, niat mahasiswa ini diadang aparat kepolisian, di sekitar Kampus I IAIN Walisongo, yang berada di Jalan Prof Hamka.
Aparat kepolisian meminta mahasiswa untuk tetap melaksanakan aksi di lingkungan kampusnya agar tidak mengganggu ketertiban umum. Hal itu tidak menyurutkan niat para mahasiswa. Mereka bahkan tetap nekat menerobos barikade badan anggota kepolisian.
Tak pelak aksi bentrok antara polisi dan para mahasiswa pun pecah. Polisi terpaksa menggunakan upaya represif untuk menghalau mahasiswa. Upaya represif aparat kepolisian ini rupanya tak membuat mahasiswa gentar. Mereka juga melanjutkan aksi di Jalan Raya Mangkang- Kota Semarang.
Mahasiswa juga berupaya memblokade jalur utama Pantura ini. Akibatnya aparat kepolisian kembali membubarkan secara paksa. Akibatnya, enam orang mahasiswa terpaksa mendapatkan perawatan di Poliklinik Kampus IAIN Walisongo Semarang.
“Enam orang mahasiswa dilarikan ke Poliklinik IAIN karena mengalami luka- luka,” jelas Koordinator Aksi, Arif Suyono. Ia juga mengatakan, mahasiswa berupaya mengkritisi Jokowi yang dinilai terlalu banyak janji dan inkonsisten dengan kebijakannya.
Termasuk di dalamnya kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, beberapa waktu lalu. Hal ini membuktikan, masa 50 hari kinerja Presiden Jokowi sama sekali tak menghasilkan kebijakan yang pro rakyat. “Inilah yang kami kritisi,” tegasnya.