Rabu 26 Nov 2014 17:12 WIB
Golkar pecah

Pengamat: Golkar tidak Belajar dari Pengalaman

Rep: C01 / Red: Bayu Hermawan
Partai Golkar
Partai Golkar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Golkar mengalami perpecahan menjelang pelaksanaan Munas ke IX. Pakar Komunikasi Politik Heri Budianto melihat konflik internal partai yang sudah berusia setengah abad ini disebabkan oleh kegagalan pengurusnya.

Heri menilai tersumbatnya aspirasi dari kader-kader Partai Golkar, sebagai salah satu faktor penyebab timbulnya konflik internal di tubuh partai berlambang pohon beringin itu.

Tersumbatnya aspirasi ini kemudian menimbulkan ketidakpuasan. Lalu, ketidakpuasan yang dibiarkan terus terjadi ini kemudian menjadi pemicu lahirnya bentrok antar kubu dalam partai.

"Tanda-tanda Golkar akan hancur, jika dibiarkan," ujarnya pada Republika Online, Rabu (26/11).

Timbulnya dualisme dalam internal Partai Golkar juga tak lepas dari peran pengurus-pengurus partai yang tidak aspiratif menurut Heri. Para pengurus Partai Golkar dinilai Heri telah mengabaikan usulan-usulan dari anggota lainnya.

Selain itu, Heri juga melihat gelagat dari para pengurus Golkar cenderung mementingkan maneuver-manuver politik untuk memenangkan kelompoknya sendiri, atau //status quo//. "Itu akan merugikan Golkar secara keseluruhan," katanya.

Heri menyayangkan bahwa Golkar tidak bercermin pada kesalahan-kesalahan di masa lampau. Pria yang juga merupakan direktur eksekutif di Polcomm Institute ini mencontohkan konflik yang terjadi pada Golkar tahun 2004 dan 2009 lalu.

Dari konflik yang pernah terjadi dalam internal Golkar, sebagian anggotanya justru memecah diri dan membentuk partai politik baru, contohnya Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI).

"Kalau begini, tidak ada penyelesaian dan akan ada partai baru lagi. Lama-lama Golkar hancur. Masa Golkar tidak pernah belajar?" ujar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement