REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Ratusan warga Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Lampung turun ke jalan dan berorasi di Bundaran Tugu Adipura, Kota Bandar Lampung, Ahad (9/11).
Mereka menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan menolak liberalisasi migas. Sejumlah polisi terpaksa menutup satu arah lalu lintas di perempatan pusat kota ini, karena ramainya warga HTI termasuk anak-anak dan kendaraan di bundaran berisi patung gajah tersebut. Mereka membentangkan spanduk berisi penolakan BBM naik dan Liberalisasi Migas.
Dalam keterangannya, Juru bicara HTI Lampung, Muhammad Ismail Yusanto, menyatakan kebijakan kenaikan harga BBM harus ditolak. Alasannya, pertama, kebijakan zholim dan menyengsarakan rakyat, sedangkan hasil penghematan tidak sebanding dengan penderitaan yang dialami rakyat.
Kedua, kebijakan kenaikan harga BBM dinilai khianat, yakni ada unsur menyukseskan liberalisasi sektor hilir yakni sektor niaga dan distribusi setelah liberalisasi sektor hulu yakni eksplorasi dan eksploitasi.
"Liberalisasi migas adalah penguasaan yang lebih besar kepada swasta (asing) dan pengurangan peran negara. Liberalisasi untuk memenuhi tuntutan asing," katanya.
Menurut Hardi, salah seorang pendemo lainnya, menyataka kenaikan harga BBM bukan mensejahterakan rakyat akan tetapi menyengsarakan rakyat, karena gejolak harga kebutuhan pokok sudah naik sebelum ditetapkan dan akan naik lagi sesudah ditetapkan.
"Belum naik saja (BBM) barang-barang sudah naik duluan, apalagi BBM sudah naik, pasti lebih gila lagi harga-harga.Yang dirugikan jelas rakyat, sedangkan swasta dan pemerintah diuntungkan," katanya.