REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nasib malang menimpa Okky Octavianus Elia (25 tahun). Ketika baru pulang membeli rokok di warung dekat rel kereta di Jalan Teuku Cik Di Tiro, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (16/10) pukul 23:30 WIB, ia mengalami musibah.
Pegawai bagian teknologi informasi di Harian Nasional tersebut di gelap malam, sambil asyik bermain smartphone melangkah ke kantor, tiba-tiba, seorang laki-laki tak dikenal berusaha merebut ponselnya. "Okky melawan. Duel pun tak terelakkan," kata Andi Nugroho, rekan korban kepada Republika, Ahad (19/10) malam WIB.
Andi menyatakan, setelah terjadi duel, Okky menyambar kembali ponsel yang terjatuh. Naas, kata dia, Okky malah terkena tusukan senjata di pinggang sebelah kanan. Laki-laki tadi buru-buru mengambil langkah seribu setelah kepergok rekannya yang keluar kantor. "Okky menahan lukanya yang menganga. Darah berceceran," kata Andi menirukan penuturan Didik Purwanto, yang menolong korban.
Dia melanjutkan, korban langsung dibawa rekannya, Didik Purwanto, Dwi Setiawan, dan Sutiyono ke rumah sakit. Lima rumah sakit pertama tak mau menerimanya, dengan alasan tak memiliki alat lengkap.
Menurut Andi, di RS Abdi Waluyo, Okky sempat diberi pertolongan pertama, hanya dibebat perban untuk menahan darah agar tak keluar, tapi perawat menyarankan pindah ke rumah sakit besar. Hal sama terjadi lagi di RS PGI Cikini. Petugas unit gawat darurat (UGD) menolaknya setelah mendapatkan penjelasan korban penusukan. Alasan yang dikemukakan karena tak ada ada peralatan lengkap.
Lalu, di RS Husni Thamrin petugas jaga UGD sempat memeriksa. “Tapi, tahu kalau itu luka tusukan, ia tiba-tiba mengatakan dokter jaga tidak ada. Baru ada besok pagi,” ujar Andi.
Belum selesai parkir, Sutiyono terpaksa membanting setir mobil yang dikemudikannya ke rumah sakit lain. Mereka menuju di RS Cipto Mangunkusumo, rumah terbesar di Indonesia. Okky diminta duduk menunggu di UGD. Namun, Okky memilih berdiri karena menahan sakit.
Didik dan Dwi gelisah. Emosi keduanya berkecamuk. “Aku baru tahu Togar (panggulan Dwi) marah malam itu,” kata Andi. Saat itu Togar marah dan meminta petugas jaga segera menangani lagi darah yang masih mengucur. Sampai di sini, luka pun belum dijahit.
“Kamar di sini (UGD) penuh. Kalau mau antre dulu. Tapi saya enggak tahu kapan karena masih ada (pasien) yang harus ditangani,” ujar petugas UGD itu. Kondisi UGD memang sedang penuh.
Karena tak tega melihat mimik Okky, ketiganya pun segera pergi. Kali ini RS Moh. Ridwan Meuraksa yang dituju. Tapi, Okky ditolak dengan alasan bukan peserta BPJS dan rumah sakit tak menerima pasien umum. Akhirnya, Okky sama sekali tak diperiksa di sini.
Dari grup WhatsApp, kata Andi, Didik menerima banyak kiriman pesan. Teman-teman sekantornya mengumpat. Satu-dua temannya memberi saran. Pilihan pun jatuh ke RSPAD Gatot Soebroto. Okky diterima di UGD dan langsung diperiksa petugas jaga. “Kalau begini sih klinik 24 jam bisa tangani. Tidak seharusnya rumah sakit besar menolak,” ujar petugas itu.
Selama hampir tiga jam, Okky diperiksa. Dokter menyatakan hasil laboratorium aman, tidak ada gangguan ke organ dalam akibat tusukan. Ia mendapat jahitan dan diperbolehkan pulang. Ada sekitar satu jam mereka berputar-putar di jantung Ibu Kota, dini hari pula, hanya untuk mencari rumah sakit yang mau menerima Okky. Perjuangan yang membuat haru bercampur kesal.