Jumat 05 Sep 2014 05:10 WIB

Smartcity Kota Depok Menjadi Perdebatan

Rep: C74/ Red: Julkifli Marbun
 Warga melintas di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Jalan Margonda Raya, Depok, Jabar, Kamis (14/8). (Republika/Yasin Habibi)
Warga melintas di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Jalan Margonda Raya, Depok, Jabar, Kamis (14/8). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Konsep Smartcity mulai muncul dipermukaan. Konsep kota yang terkoneksi dengan jaringan teknologi dan internet mulai sering dibicarakan. Pengamat Perkotaan sekaligus pendiri Rumah Komunitas Depok Emil Dardak yakin smartcity dapat dijalankan di kota-kota di Indonesia. Emil mengatakan Rumah Komunitas yang ia bangun di Kota Depok adalah salah satu langkah awal menuju smartcity.

"inti dari smartcity adalah pelayanan dan infrastuktur kota terkoneksikan dalam jaringan internet, tapi jika hanya teknologi dan infrastruktur dibangun tapi tidak digunakan maka menjadi tidak efektif," jelas Emil saat dihubungi Republika (4/9).

Emil menjelaskan dalam konsep smartcity seluruh pelayanan kota dilakukan lewat jaringan internet. Menurutnya smartcity membuat pelayanan kota menjadi cepat dan tepat. Emil yakin masyarakat Kota Depok sudah akrab dengan teknologi. Menjamurnya penggunaan telfon genggam pintar menjadi contoh akrabnya masyarakat dengan teknologi.

"Dalam smartcity masyarakat dipaksa untuk melek teknologi, akan percuma jika membangun taman dan jalan tapi tidak digunakan secara efektif," ujar Emil.

Menurut Emil hal ini tidak bisa dibebankan seluruhnya kepada pemerintah kota. Masyarakat bisa membangun smartcity tanpa harus bergantung kepada pemerintah. Dengan teknologi internet masyarakat bisa menyumbang informasi tentang kota. Emil mencontohkan dengan aplikasi-aplikasi yang ada ditelfon pintar kni masyarakat dapat menyumbang informasi dan mendapatkan informasi tentang kemacetan atau kerusakan jalan lewat teknologi internet dari telfon genggam. Menurutnya ini adalah salah satu bagian dari konsep smartcity. Masyarakat dapat mengakses informasi dengan lebih cepat dan tepat tentang kota mereka.

Berbeda dengan Emil Dardak, Pengamat Perkotaan Raden Yudhono dari Universitas Indonesia mengatakan Kota Depok Belum siap menjadi smartcity. Menurut Yudhono smartcity membutuhkan sumberdaya manusia yang sudah terampil dalam teknologi. Menurut Yudhono dibutuhkan waktu jangka panjang untuk mempersiapkan sebuah kota menjadi smartcity.

"Yang bisa diambil contohnya adalah Korea Selatan, sudah sepuluh tahun kota-kota di sana menjalankan smartcity dan sampai sekarang masih berkembang," ujar Yudhono.

Menurutnya hanya sedikit kota yang dapat menjalankan smartcity di Indonesia saat ini. Salah satunya Surabaya dan Bandung. Yudhono berpendapat untuk dapat menjalankan smartcity Kota Depok masih membutuhkan pemerintahnya yang lebih baik daripada pemerintah yang sekarang berkuasa. Dibutuhkan reformasi birokrasi untuk mendukung smartcity. Karena inti dari smartcity adalah pelayanan satu atap maka birokrasi pun harus akrab dengan internet.

Menurutnya saat ini pelayanan di Kota Depok belum siap untuk menggunakan internet sebagai basis pelayanan. Menurutnya hanya sebagaian masyarakat yang bisa mengakses smartcity. "Dibutuhkan masyarakat yang sudah intelek dan sumberdaya yang memadai, saya kira Kota Depok belum siap untuk itu," tutup Yudhono.

 

Ikuti informasi terkini seputar sepak bola klik di sini

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement