Senin 25 Aug 2014 20:38 WIB

Mensos Layak Dijabat Filantropis Seperti Bill Gates

Mensos Salim Segaf Al Jufri meninjau sejumlah posko pengungsi korban banjir di wilayah Jakarta Barat, Jumat (18/1) malam.
Foto: Antara
Mensos Salim Segaf Al Jufri meninjau sejumlah posko pengungsi korban banjir di wilayah Jakarta Barat, Jumat (18/1) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabinet Jokowi-JK layak diisi dengan seorang yang memiliki semangat filantropi. Orang tersebut sangat tepat kalau diberi amanah menjadi menteri sosial (Mensos).

Sosiolog dari Universitas Negeri Jakarta, Komaruddin Sahid menyatakan, institusi yang paling tepat untuk seorang filantropis adalah Kementerian Sosial (Kemensos), Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, atau Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. "Tapi, yang paling tepat adalah Kementerian Sosial," kata Komaruddin kepada wartawan di Jakarta, Senin (25/8).

Komaruddin menilai, seorang filantropis harus diberi kesempatan untuk masuk pemerintahan, karena punya dedikasi tinggi untuk membantu sesamanya. Bahkan, sosok tersebut tidak segan merogoh koceknya sendiri, dan juga piawai dalam menggalang dana untuk kegiatan kemanusiaan. Tak kalah penting, dia juga punya jaringan, dan punya kemampuan menggerakan komunitas untuk ikut membantu mengulurkan tangan.

"Jokowi sering mengatakan bahwa figur yang akan diposisikan adalah figur profesional, tetapi tentu saja bukan sekadar profesional di bidangnya, tetapi harus profesional sesuai bidang tugas kementerian yang didudukinya. Nah inilah kesempatan, mengisi Kemensos dengan orang yang tepat," katanya.

Komaruddin mengatakan, pada era presiden Gus Dur, Kemensos pernah dibubarkan, lantaran dituding banyak praktik penyimpangan anggaran. Tetapi, melihat kondi masyarakat Indonesia yang banyak bersentuhan dengan masalah sosial maka institusi tersebut patut dijadikan garda terdepan pengentasan kemiskinan.

"Kementerian sosial memiliki tugas utama mengurusi masalah-masalah sosial, terutama kemiskinan, pengangguran, ketunaan dan masalah-masalah sosial yang muncul sebagai akibat bencana alam, baik gempa bumi, gunung meletus, tsunami, banjir, longsor, badai topan, dan sebagainya," kata dekan Fakultas Ilmu Sosial UNJ itu.

Banyaknya bantuan yang selama ini kerap disalahgunakan, kata Komaruddin, harus dihindari. Sebab itu, seorang mensos haruslah orang yang sudah selesai dengan dirinya. Artinya, bukan orang yang mencari 'keuntungan' materil maupun politik bagi dirinya. "Seorang filantropis, misal seperti Bill Gates, biasanya membantu tanpa pamrih. Orang seperti itu yang dibutuhkan menjadi mensos," kata dia.

Di Indonesia, lanjut dia, orang-orang yang membantu tanpa pamrih seperti Bill Gates, sebenarnya cukup banyak. Bahkan, Majalah Forbes, pernah mencatat beberapa nama pengusaha Indonesia sebagai 48 Heroes of Philanthropy.

Empat dari 48 filantropis Asia itu berasal dari Indonesia, yakni Dato Sri Tahir, Jusuf Kalla, Irwan Hidayat dan Anne Avantie. Menurut Komaruddin, empat nama itu patut diberi kesempatan masuk kabinet. Dan, Jusuf Kalla, sudah masuk pemerintahan, karena terpilih menjadi Wakil Presiden mendampingi Jokowi. Artinya tinggal tiga nama yang belum masuk ke pemerintahan.

"Saya membayangkan bila seorang filantropis masuk kabinet, menjadi menteri. Mungkin ada warna lain. Sekarang wapres kita seorang filantropis. Mungkin sangat perlu ada menterinya yang juga seorang filantropis," katanya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement