Kamis 30 Nov 2017 17:37 WIB

Miris, 33 Balita di Purbalingga Terinveksi HIV

Rep: Eko Widiyanto/ Red: Agus Yulianto
Seorang perawat tengah memberikan cairan Anti Retroviral Virus (ARV) sebagai obat memperlambat perkembangan virus kepada anak dengan HIV/AIDS (Ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Seorang perawat tengah memberikan cairan Anti Retroviral Virus (ARV) sebagai obat memperlambat perkembangan virus kepada anak dengan HIV/AIDS (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Peningkatan jumlah kasus HIV-AIDS (Human Immunodeficiency Virus and Acquired Immune Deficiency Syndrome) di Kabupaten Purbalingga selama 2017, cukup membuat miris. Terlebih peningkatan signifikan jumlah penderita, justru berasal dari kalangan balita yang diketahui terinfeksi HIV.

''Temuan ini sungguh sangat memprihatinkan. Saya berharap kasus-kasus balita mengidap HIV ini bisa ditekan, karena adanya kasus ini sebenarnya lebih disebabkan oleh ketidak-tahuan warga bahwa dirinya mengindap HIV-AIDS,'' kata Wakil Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, dalam peringatan Hari AIDS se-Dunia di Pendopo Setda Purbalingga, Kamis (30/11).

Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Purbalingga, Wabup menyebutkan, pada kurun 20102016 di kabupaten Purbalingga hanya tercatat ada 168 kasus HIV-AIDS dimana 14 penderita diantaranya meninggal dunia.

Namun sejak JanuariOktober 2017, ada penambahan 60 kasus HIV-AIDS dengan 12 diantaranya meninggal dunia. ''Pada 2017 ini, peningkatannya sangat signifikan. Kalau pada 2016 hanya ada temuan 23-25 kasus, pada 2017 hingga November ini sudah 60 kasus,'' ujarnya.

Selain itu, kalangan masyarakat yang terinfeksi virus HIV-AIDS juga mengalami pergeseran. Kalau pada kasus-kasus sebelumnya faktor resikonya lebih pada kalangan tertentu, namun pada 2017 ini temuan kasus HIV-AIDS banyak ditemukan pada usia lajang dan juga balita.

''Kami banyak menemukan balita dan bayi yang terinfeksi HIV dari ibunya. Saat pemantauan pekan layanan HIV-AIDS kemarin, saya temukan ada 22 balita dan 10 bayi terinveksi HIV. Sungguh kondisi ini sudah sangat miris,'' kata dia.

Untuk itu, dia meminta, semua pihak bisa lebih menjaga diri. Mereka yang merasa memiliki potensi tertular penyakit ini, agar segera memeriksakan diri. Termasuk juga di kalangan ibu-ibu rumah tangga, karena bila ibu pengidap HIV-AIDS hamil, maka virus tersebut akan menular pada bayinya.

''Saya yakin masih banyak penderita HIV-AIDS di luar data yang belum terdeteksi. Ini harus kita cari. Karenanya tahun ini kita lakukan pekan pelayanan HIV, untuk mencari penderita lain agar perkembangan virus HIV bisa ditekan sekaligus untuk melakukan pencegahan dini,'' katanya.

Wabup juga meminta kepada para kader kesehatan, kepala Puskesmas dan KUA untuk menggalakkan deteksi dini HIV-AIDS pada para calon pengantin. Setiap pangan calon pengantin, diharapkan melakukan pre-skrining atau premarital test berupa tes HIV.

Sekretaris KPAD Heni Ruslanto menuturkan, peringatan Hari AIDS se Dunia kali ini memang lebih difokuskan pada upaya deteksi dini melalui kegiatan Pekan Layanan Kesehatan khususnya layanan VCT atau tes HIV-AIDS. ''Di Purbalingga, kegiatan ini telah dilaksanakan sejak 27 November dan akan berakhir pada 2 Desember besok,'' jelasnya.

Menurutnya, dalam pekan layanan tersebut, semua layanan kesehatan masyarakat di Purbalingga, baik Puskesmas, Laboratorium Kesehatan, RSUD dr R Goeteng Tarunadibrata dan rumah sakit swasta bisa melayani tes tersebut. ''Hingga Rabu (29/11), tes sudah dilaksankan pada 1.159 orang secara sukarela terdiri dari masyarakat umum, catin, ibu hamil dan kalangan aparatur. Dari pelaksanaan tes tersebut, ada 3 orang yang dicurigai atau suspect HIV-AIDS,'' katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement