Kamis 23 Jan 2014 14:17 WIB

Ini Cerita Klenik yang Dialami SBY

Rep: Esthi Maharani/ Red: Mansyur Faqih
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (tengah) menggandeng tangan Ibu Ani Yudhoyono seusai membagikan buku karyanya saat peluncuran di JCC Senayan, Jakarta, Jumat (17/1).
Foto: Antara/Andika Wahyu
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (tengah) menggandeng tangan Ibu Ani Yudhoyono seusai membagikan buku karyanya saat peluncuran di JCC Senayan, Jakarta, Jumat (17/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam buku Selalu Ada Pilihan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menceritakan hal klenik dan gaib yang sempat dialaminya. Tepatnya, pada kisaran 2009, saat menjelang pemilihan presiden. 

Cerita tersebut dituliskan dalam artikel berjudul Ancaman Terhadap Presiden Bisa Sampai Tingkat Pembunuhan dalam bab 2; Asalkan Tahu, Beginilah Jadi Presiden. Di halaman 262, SBY melihat sendiri kejadian yang dianggapnya kurang bisa dinalar. 

Ia bercerita, sekitar 2009, menjelang pilpres 2009, pada Ahad pagi, istrinya sedang membaca majalah di ruang keluarga. Sedangkan ia tengah beraktivitas di ruang perpustakaan. Tiba-tiba, Ibu Ani berteriak dan memanggil-manggilnya. Ia pun segera berlari ke ruang tengah untuk mengetahui apa yang terjadi. 

"Ternyata ada asap hitam tebal dan berputar-putar di langit-langit dan di tengah ruangan itu. Asap hitam itu bergerak ke timur, seperti ingin menerobos ke kamar saya," tulisnya. 

 

Begitu melihat peristiwa yang menakutkan itu, SBY mengajak keluarga untuk memohon pertolongan Allah. Ia mengajak mereka untuk membaca surat Al-Fatihah. Ia sendiri melengkapinya dengan doa penolak bala dan kejahatan. Ia juga meminta untuk menutup pintu kamarnya dan membuka semua pintu yang ada.  

"Apa yang terjadi, asap tebal yang berputar-putar itu bak ditiup angin yang kuat bergegas ke luar dari rumah saya. Alhamdullilah. Saya sekeluarga selamat. Peristiwa ini seperti adegan film horor yang sering kita lihat. Atau seperti yang terkisahkan di cerita-cerita lama. Tetapi sungguh ada. Sungguh nyata," katanya. 

SBY juga mengaku awalnya ragu menceritakan peristiwa tersebut. Sebab, ia khawatir dituduh sebagai pemimpin yang tidak rasional atau bahkan dianggap percaya takhayul. Ia menegaskan, keimanan dan ketakwaannya akan tetap kuat tegak meski pun banyak kejadian yang kurang bisa dinalar secara baik.  

"Saya harus jujur bahwa ada kekuasaan Allah yang belum saya mengerti. Saya tidak ingin menjadi manusia yang takabur dan sombong bahwa segala sesuatu yang tidak saya pahami sebagai nonsense. Saya berpandangan bahwa segala sesuatu yang saya benar-benar tidak tahu, itu milik Allah semata," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement