Jumat 06 May 2016 13:15 WIB

Satgas PA Sayangkan Pernyataan Ketua Komisi VIII DPR Soal Kasus YY

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Bilal Ramadhan
Saleh Partaonan Daulay
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Saleh Partaonan Daulay

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Satuan Tugas Perlindungan Anak, Ilma Sovri Yanti menyayangkan pernyataan Ketua Komisi VIII Saleh P Daulay saat mengomentari kasus pemerkosaan dan pembunuhan siswi SMP di Bengkulu, YY.

Dalam pernyataannya yang dikutip pemberitaan media, Saleh terkesan mempermasalahkan korban yang berjalan sendirian di tengah kebun sebelum peristiwa naas itu terjadi, yang kemudian membuka ruang bagi 14 pelaku untuk berbuat jahat.

"Pernyataan itu menjadi terror, ketakutan bagi para perempuan, anak anak perempuan, menempatkan perempuan sebagai yang paling bersalah dan pantas dihakimi," kata Ilma di Jakarta, Jumat (6/5).

Ilma mengatakan, pernyataan tersebut berpotensi membuat masyarakat Rejang Lebong, Bengkulu, mengalami kebuntuan hukum maupun masyarakatnya yang kemudian membenarkan sikap atas pernyataan ini. Yang pada akhirnya, membuat keluarga YY menjadi korban berlapis atas pernyataan ini.

"Sudah seharusnya atas pernyataan ini meminta maaf kepada keluarga korban," kata Ilma.

Selain itu, pernyataan tersebut bisa jadi pembenaran atas kejahatan seksual dan dapat menguntungkan para pelaku. Tentunya kedepan sikap ini dapat mengganggu mental psikologis jika dari para pelaku ada yang akan bersaksi kejadian sesungguhnya.

Lantaran itu Ilma mengingatkan agar pernyataan tersebut dikoreksi kembali oleh yang bersangkutan. Bahkan Ilma meminta, ada kasus ini agar para menjadi perhatian para legislator untuk membuat regulasi yang melindungi perempuan dan anak-anak dari kejahatan seksual.

"Di sekitar korban YY sendiri termasuk daerah yang punya sejarah panjang terkait kriminalitas, narkoba dan penyakit masyarakat, ada kewajiban Komisi VIII DPR RI berkunjung untuk melihat langsung masalah di lapangan dan memberikan solusi potensi kerawanan ini," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement