Sabtu 03 May 2014 17:11 WIB

Anak Bunuh Diri, Potret Kekerasan Dalam Pendidikan

Rep: N-C75/ Red: Julkifli Marbun
Bunuh Diri (ilustrasi)
Foto: Impala 74
Bunuh Diri (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal, Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Retno Listyarti mengatakan siswa bunuh diri akibat tekanan Ujian Nasional (UN) merupakan potret kekerasan dalam pendidikan. Sejak tahun 2004-2007, korban bunuh diri berjumlah 16 orang akibat kebijakan UN.

"Itu merupakan potret kekerasan dalam pendidikan," ujar Retno Listyarti kepada Republika, Sabtu (3/5).

Ia menuturkan seiring waktu, sudah sulit dihitung korban anak yang memilih mengakhiri hidupnya karena kebijakan semacam itu (UN). Ini bentuk kekerasan sistemik karena pemerintah memaksakan kebijakan.

Menurutnya, akibat kebijakan UN, membuat anak mengalami stres, seakan penyiksaan, belajar tidak menyenangkan. Sehingga, bagi seorang anak lebih memilih mengakhiri hidupnya.

 

Retno mengatakan selama dua periode kepemimpinan SBY, tidak meninggalkan warisan yang berharga di sektor pendidikan. Melainkan, hanya mampu memberikan dua Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), dan dua kali pergantian kurikulum, serta segudang kebijakan pendidikan yang hanya berorientasi kepada proyek.

Sementara itu, ia mengatakan ada banyak anak-anak yang terus menorehkan prestasi di dunia internasional. Namun, prestasi tersebut bukan menjadi tolak ukur keberhasilan dari kualitas sistem pendidikan.

Ia pun menaruh harapan kepada pemerintahan ke depan, dengan mengembalikan UN sebagai alat pemetaan berdasarkan UU tahun 20 tahun 2003. UN hanya dijadikan pemetaan seperti andaikan nilai UN B Inggris jelek maka bisa diperiksa mengapa bisa terjadi demikian. Semisal karena tidak mempunyai lab B. Inggris.

Menurutnya, harus ada political will dari pemerintahan yg mendatang serta sungguh-sungguh mengelola pendidikan. Sehingga dapat membawa bangsa ini ke peradaban yg lebih tinggi dan manusiawi.

Ia menjelaskan mengapa sampai saat ini tidak ada solusi karena pemerintah tidak mau mendengar. Padahal, penolakan UN semakin menguat, termasuk anak SMA yang mulai menolak dengan menyampaikan protes. "Ini membahayakan bangsa. Anak bangsa kehilangan kesempatan berkembang dengan baik," tegasnya.

Sebelumnya Republika memberitakan, satu calon peserta ujian nasional Tahun 2014 tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan sederajat di Kabupaten Bengkayang batal ikut serta karena tewas gantung diri.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apakah internet dan teknologi digital membantu Kamu dalam menjalankan bisnis UMKM?

  • Ya, Sangat Membantu.
  • Ya, Cukup Membantu
  • Tidak
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
كَانَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةً ۗ فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ ۖ وَاَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ فِيْهِ اِلَّا الَّذِيْنَ اُوْتُوْهُ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ بَغْيًا ۢ بَيْنَهُمْ ۚ فَهَدَى اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِاِذْنِهٖ ۗ وَاللّٰهُ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.

(QS. Al-Baqarah ayat 213)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement