Senin 12 May 2014 06:00 WIB

Doa di Tanah Arab, 'Surga' di Tempat Lain

Ikhwanul Kiram Mashuri
Foto: Republika/Daan
Ikhwanul Kiram Mashuri

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ikhwanul Kiram Mashuri

Robana atina fi ad-dun-ya hasanah, wafil akhirroti hasanah, waqina 'adzaban naari. Inilah doa yang paling sering diucapkan oleh umat Islam di seluruh dunia. Wabil khusus oleh orang-orang di Tanah Arab yang hampir seluruhnya beragama Islam.

Doa yang diambil dari Alquran (QS: 2: 201) ini sering juga disebut sebagai doa sapu jagat. Dinamakan demikian, lantaran doa ini singkat saja, namun yang terkandung di dalamnya sangat dalam dan meliputi semua harapan dan keinginan setiap manusia. ''Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan (kehidupan) di dunia dan kebaikan di akhirat, serta jauhkanlah kami dari siksa neraka.''

Coba renungkan, adakah Anda mempunyai keinginan lain semasa hidup ini selain kebaikan? Kebaikan rizki, pekerjaan, karir, rumah tangga, teman, saudara, anak-anak, agama, bangsa, negara, lingkungan, dan seterusnya. Kebaikan dunia -- dalam doa itu -- didahulukan daripada kebaikan di akhirat tentu terkandung makna. Yakni, kebaikan dunia adalah kunci atau jalan menuju kebaikan akhirat. Bila kehidupan dunia dan akhirat sudah baik, semoga kita dijauhkan dari siksa neraka.

Sayangnya, meskipun doa sapu jagat ini diucapkan ratusan dan bahkan ribuan kali oleh umat Islam, terutama oleh mereka yang berada di Tanah Arab, faktanya 'surga' ternyata ada di tempat lain. Tempat lain ini, meminjam istilah pengamat Timur Tengah dari Arab Saudi, Husein Shabakshi, adalah yang menjunjung tinggi keadilan sosial dan toleransi, menghormati hak individu, mengedepankan hukum, menjamin keamanan warga, dan memberi kesejahteraan kepada masyarakat. Inilah yang disebut oleh Shabakshi sebagai menerapkan 'surga Allah di muka bumi'.

Shabakshi menyebut 'surga Allah di muka bumi' ini kini bukan berada di Tanah Arab, tapi di tempat lain seperti di negara-negara Skandinavia (Norwegia, Swedia, dan Denmark), ditambah Finlandia dan Islandia. Bisa juga dimasukkan dalam kelompok ini Swiss dan Kanada. Rakyat di negara-negara tersebut boleh dikata telah menikmati hampir semua kebaikan dunia: sejahtera, aman, damai, toleran, disiplin, terjamin pendidikan dan kesehatannya, dan seterusnya.

Bahkan negara seperti Swedia dikabarkan sedang kekurangan sampah. Kini mereka mengimpor sampah dari negara-negara lain untuk diolah menjadi bahan bakar bagi memutar mesin-mesin industrinya. Ini menunjukkkan, pertama, mereka sangat memperhatikan kebersihan. Bagi mereka, 'kebersihan sebagian dari iman' bukan hanya diucapkan, tapi harus dilaksanakan. Kedua, mereka sangat kreatif sehingga menjadikan sampah bukan sebagai beban, tapi justeru sangat bermanfaat dan dibutuhkan.

Sedangkan Norwegia dikabarkan telah menutup sujumlah penjaranya lantaran tidak diperlukan lagi. Penjara-penjara di negara itu banyak yang kosong lantaran angka kriminalitasnya dari tahun ke tahun terus menurun. Bangunan-bangunan buat menghukum para penjahat itu kini telah dialihfungsikan untuk keperluan lain.

Bagaimana dengan negara-negara Arab dan Islam? Menurut Raja Arab Saudi, Abdullah bin Abdul Aziz, 'berbagai siaran berita cukup menjadi saksi bahwa dunia ini dipenuhi dengan konflik dan kepedihan (nasyaraatul akhbar khoiru syahidin 'ala ma yuhfilul 'alam min shira'aati wa maksa)'. Hal ini dikatakan Raja Abdullah ketika memberi sambutan yang disampaikan oleh Menteri Kebudayaan dan Informasi Arab Saudi, Abdul Aziz Khoujah, pada pembukaan pertemuan insan media se-Asia di Jeddah pada 6 Mei lalu.

Sekarang marilah saya kutipkan berita-berita yang dimuat di halaman depan dua media internasional berbahasa Arab, Al Sharq Al Awsat dan Al Jazeera.net, yang terbit kemarin. Al Awsat terbit dari London dan milik keluarga kerajaan penguasa Arab Saudi. Sedangkan Al Jazira.net merupakan bagian dari kelompok media Al Jazeera versi online. Selain online ada Televisi Al Jazeera berbahasa Arab dan berbahasa Inggris serta Al Jazeera cetak. Al Jazeera Group adalah milik keluarga penguasa Qatar. Al Jazeera dan Al Awsat boleh dikata merupakan salah satu rujukan utama para intelektual dan politisi di seluruh Timur Tengah.

'Puluhan ribu warga meninggalkan Dyr Al Zour untuk menghindari serangan An Nashrah dan Da'ish,'' demikian berita utama Al Awsat. An Nashrah dan Da'ish merupakan dua kelompok garis keras yang ingin mendirikan negara Islam di Syam (Suriah). Dua kelompok ini eksis di Suriah dengan memanfaatkan situasi konflik antara pemerintah Presiden Bashar Assad dan kelompok oposisi.

Berita lainnya 'tentara Prancis berhasil membunuh orang dekat pemimpin Alqaida, Belmukhtar, di Mali', lalu 'Alqaida beraksi di sembilan provinsi di Yaman dan tujuh orang bersenjata terbunuh di Abyan (Yaman)'. Berikutnya 'isteri Presiden Obama minta suaminya campur tangan untuk membebaskan murid-murid sekolah yang diculik Bako Haram di Nigeria', 'Bank Dunia memperingatkan bahayanya jumlah pengungsi Suriah yang terus bertambah', 'komandan angkatan bersenjata Irak selamat dari pembunuhan', 'rakyat miskin di Afghanistan tidak ikut menikmati bantuan miliaran dolar'.

Sebelumnya, berita-berita Al Sharq Al Awsat didominasi oleh perebutan kekuasaan di Lebanon, Saudi yang berhasil menggagalkan ribuan orang dari kelompok teroris yang ingin masuk ke negara itu secara ilegal lewat perbatasannya, bom bunuh diri yang terus menghantui warga Irak, pemerintahan Mesir yang terus mengejar orang-orang Ikhwanul Muslimin, perjanjian damai Palestina dengan Israel yang gagal, dan seterusnya.

Sedangkan Al azeera.net kemarin menurunkan berita utama 'kelompok bersenjata yang menyerang Sana'a dan sejumlah provinsi di Yaman pada malam hari', ‘sejumlah warga terbunuh dalam konflik di Halb (Suriah), puluhan orang tewas dalam konflik di Al Fulujah (Irak), dan ‘pendukung Jenderal Sisi dan Shobahi (dua calon presiden Mesir) yang mulai berkampanye’.

Intinya, dunia Arab – seperti diberitakan dua media arus utama di Timur Tengah itu – diliputi dua hal. Pertama, konflik untuk memperebutkan kekuasaan yang seringkali diwarnai dengan kekerasan. Kedua, adanya ancaman terorisme dari kelompok-kelompok garis keras yang ingin memaksanakan kehendak. Ujungnya bisa dipastikan rakyatlah yang menderita. Kini jutaan warga Suriah, Palestina, dan lainnya hidup di pengungsian.

Dan, ketika hidup di negara sendiri sudah seperti neraka, bisa dipahami bila kemudian mereka ingin hijrah ke negara lain seperti Australia dan negara-negara Eropa lainnya untuk mendapatkan ‘surga’ (baca: kehidupan yang lebih baik) di tempat lain. Dengan kata lain,  doa memang dipanjatkan di Tanah Arab, namun ternyata ‘surga’ ada di tempat lain. Wallahu a’lam bis shawab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement