REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sebanyak 6.500 guru di Jawa Timur sudah dibekali pelatihan untuk menerapkan kurikulum baru 2013, Sabtu (13/7) kemarin.
Hanya, ribuan guru tersebut masih diperlukan pendampingan, sehingga metode yang akan diajarkan ke siswa lebih matang.
Ketua Dewan Pendidikan Kota Surabaya Isa Ansori mengatakan, kalau hanya mengacu pada konsep persiapan yang singkat tersebut, dikhawatirkan penerapannya tidak optimal. Sehingga, kurikulum baru hanya berupa kemasan, namun isinya adalah pembelajaran lama.
"Saya resiko kegagalannya tinggi," kata Isa saat dikonfirmasi Republika, Senin (15/7). Selain itu, dia menilai, dalam kurikulum tersebut, guru diminta berkreasi mengembangkan potensi siswa. Sedangkan, pola pengajaran guru di Indonesia, sebagian besar masih bergantung pada buku.
Permasalahannya, kata Isa, pembagian buku sendiri masih belum merata. Guru pun masih perlu banyak belajar lagi dengan media barunya tersebut. Menurutnya, perlu pendampingan segera ke para guru agar tidak menyimpang dalam proses penerapan ke siswa.
"Kalau sekedar tahu, saya bisa jamin, mereka mengerti. Tapi bagaimana perilaku dan pemahamannya," ujarnya. Dia juga menyoroti teknis penularan ilmu yang dilakukan antarguru.
Dia menambahkan, para pengajar itu masih dalam proses adaptasi, baik ke dirinya maupun ke siswa. Namun, mengapa pelatihan terhadap guru lain justru dilakukan oleh guru yang sedang mematangkan kurikulum.
Ketua Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jatim Sulamun menyatakan, pelatihan lima hari yang dilakukan kemarin, sudah dianggap cukup. Dia juga mengatakan, tuntutan profesi guru adalah mengajar, jadi bagaimana teknisnya mereka sudah terbiasa.
"Ini kan hanya menerapkan dengan menambahkan sedikit sistem baru, jadi tidak perlu adaptasi dalam waktu lama," kata Sulamun.