REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-Indonesia belakangan ini berjalan seolah tanpa arah. Berbagai masalah yang muncul menambah kompleksitas masalah yang semakin rumit. Sehingga dapat diibaratkan seperti pepatah 'Indonesia berjalan di terowongan yang tak pernah menemui titik terang dari ujung trowongan itu sendiri'.
"Banyak yang khawatir dengan apa yang terjadi saat ini Indonesia hampir kehilangan masa depan," kata Ketua Umum Persaudaraan Alumni HMI (PAHMI) saat dialog bertema "Di Mana Indonesia Sekarang?" di Jakarta, Kamis. "Masalah nyata ada dihadapan kita, bahkan menghantui masyarakat, suatu kenyataan bahwa globalisasi telah mengancam kehidupan kita sebagai suatu bangsa," kata Bursah yang juga Ketua Umum Partai Bintang Reformasi (PBR) itu.
Menurutnya, pertanyaan besar saat ini adalah apakah bangsa Indonesia masih ada?. "Jika masih ada mengapa nilai-nilai dasar yang diwarisakan oleh pendiri bangsa kita, semua itu tidak tampak dalam kehidupan kita. Dimana posisi bangsa kita saat ini," keluhnya. Sebagai bangsa yang besar, sudah seharusnya kita berjalan dalam sebuah road map perjalanan pemikrian tentang bagaimana seharusnya kita bertindak dan merumuskan Indonesia yang ada.
"Ditegaskan oleh Soekarno bahwa kemerdekaan Indonesia adalah jembatan emas. Para pendiri bangsa kita telah mewarisi jembatan emas itu, sudah sepantasnya kita jaga dan bangun bersama," demikian Bursah Zanurbi. Sementara Daniel Dhakidae, Hamid Basyaib, Radar Panca Dahana, DR Moeslim Abdurahman serta Erlangga sepakat, agar seluruh komponen di bangsa ini bisa berbuat untuk merumuskan Indonesia ke depan. "Seluruh komponen harus bertindak secara nyata untuk kemajuan bangsa," tegas para pembicara.