Rabu 19 Oct 2011 18:58 WIB

Polda Papua Tahan 2 Tokoh dan 600 Peserta Kongres Papua

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA- Mabes Polri memberikan data terbaru terkait pembubaran Kongres Papua III yang diselenggarakan di Abepura, Kota Jayapura, Papua, pada Rabu (19/10). Polri telah mengamankan sebanyak 600 peserta kongres, termasuk dua orang yang menjadi tokoh utama dalam kongres tersebut.

"Kurang lebih 600 massa simpatisan kongres masih diamankan di Mapolda Papua," kata Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Anton Bachrul Alam, yang dihubungi Republika, Rabu (19/10).

Anton menjelaskan sebanyak 600 orang yang menjadi peserta dalam kongres itu diamankan di Mapolda Papua untuk dimintai keterangannya. Dua orang di antaranya merupakan pemimpin dalam kongres tersebut yaitu Forcorus Yoboissembut (pada berita sebelumnya ditulis Bhosporus) dan Agus Krarr yang menjadi koordinator lapangan (korlap). "Dua tokoh itu masih dimintai keterangan oleh penyidik di Mapolda Papua," jelasnya.

Senada diungkapkan Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jayapura, Viktor Mambor. Ia mengatakan ratusan orang yang menjadi peserta Kongres Papua III ditangkap dan diamankan polisi dengan menggunakan truk. Situasi di Kota Jayapura, khususnya di sekitar lokasi kongres, lanjutnya, masih aman dan tidak ada korban tewas.

Ia menjelaskan kronologis peristiwa tersebut diawali dengan adanya tarian Sampari, yang merupakan tarian tradisional dari Biak. Namun di akhir tarian, ada pengibaran bendera 'Bintang Kejora'. Selain itu, peserta kongres juga mengangkat Ketua Dewan Adat Papua (DAP), Forcorus menjadi Presiden Papua Merdeka dan Edison Waromi menjadi Perdana Menteri.

"Setelah itu, aparat masuk, presidennya ditangkap dan ratusan yang hadir diangkut pakai truk. Tidak ada yang tewas, tidak ada wartawan yang jadi korban. Situasi masih aman," paparnya.

Sementara itu, salah satu peserta Kongres Papua III, Herman Katmo mengatakan Kongres Papua III di Lapangan Zakeus, Waena, Jayapura berlangsung ricuh. Ia mengklaim aparat menembak membabi buta dan peserta yang hadir lari ke Sekolah Seminari Tinggi.

"Aparat menembak membabi buta. Orang lari naik ke Sekolah Seminari Tinggi dan terus dikejar aparat. Kami dalam bahaya," ucapnya.

 

sumber : Bilal Ramadhan
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement