Jumat 01 Mar 2019 09:16 WIB

Sosialita Ta'lim: Umrah dan Haji Custom Biasa

Sosialita ta'lum sangat terbiasa melakukan umrah maupun haji.

Fenomena para sosialia ta'lim yang umrah.
Foto: Uttiek M Panji Astutti
Fenomena para sosialia ta'lim yang umrah.

Oleh: Uttiek M Panji Astuti, penulis buku dan traveler

“Sister, can you shift a little?” pinta saya sopan.

“Saya dari Tebet kok, Mbak,” jawabnya sambil menggeser badannya sedikit dan membuat saya kaget sekaligus malu.

Saya pandangi sekali lagi wajah beningnya yang membuat saya salah sangka. MasyaAllah. Perempuan di sebelah saya ini cantik sekali.

Wajah Arabnya tidak seperti kebanyakan orang Timur Tengah. Tapi lebih mirip perempuan di sepanjang Mediterania. Gabungan antara wajah aristokrat Yunani dengan eksotisnya Arab.

Kulitnya putih bersih. Matanya belok berwarna kecokelatan dengan bulu mata panjang. Siapa sangka ternyata dari Tebet!

“Saya Uttiek, Mbak,” kata saya sambil mengulurkan tangan.

“Saya Mia,” jawabnya. “Saya Denis,” lanjut teman di sebelahnya.

“Pakai travel apa?” Tanya saya membuka percakapan standar yang biasa ditanyakan saat menunggu adzan di Masjid Nabawi.

“Saya sama rombongan Ustadz A,” jawabnya sambil menyebutkan nama seorang ustadz ngetop yang sering mengisi kajian di salah satu masjid besar di Jakarta Selatan.

“Tadinya kita mau berangkat sama rombongan Ustadz B, tapi waktunya tidak cocok. Ada juga rombongan Ustadz C, tapi saya masih ada acara keluarga di tanggal keberangkatan itu,” ceritanya dengan ekspresi muka ramah.

Saya tersenyum mendengar nama beberapa ustadz kondang yang disebutnya. Karena langsung paham berada bujet umrah yang dikeluarkannya.

Geliat umrah di Indonesia memang luar biasa. Seiring lamanya daftar tunggu haji yang di beberapa daerah sampai 39 tahun. Masyarakat berbondong-bondong berangkat umrah karena tidak terikat waktu dan kuota.

“Garuda Indonesia saja sehari ada 6 penerbangan dari Jakarta, Solo, Surabaya, Makassar, Medan, dengan kapasitas angkut 300 seat per pesawat. Dan selalu full,” terang Mas Reggy Kartawidjaja, manager seorang biro umrah.

Saudi Arabian Airlines sehari 4 penerbangan dengan kapasitas sama. Lalu ada juga penerbangan dengan pesawat yang lebih kecil berkapasitas 200 seat, seperti Lion, AirAsia, Scoot, Oman Air.

Masih ada maskapai internasional dengan jadwal 3 kali sehari berkapasitas angkut 150 seat. Seperti Malaysia Air, Emirates, Etihad dan Turkish. Ada juga maskapai dengan jadwal seminggu 1-2 kali, seperti Mihin Lanka (Srilanka), Ethiopian Air.

Itu baru yang berangkat langsung dari Indonesia. Belum yang berangkat dari Singapura atau Kuala Lumpur dengan maskapai seperti Royal Jordan.

Tirto.id merilis data, pada 2013 jumlah visa umrah yang diterbitkan pemerintah Arab Saudi mencapai 5 juta. Meningkat menjadi 6 juta pada 2014 dan 2015. Pada 2016 sekitar 10 juta visa. Dan jumlah itu meningkat hingga 6 kali lipat pada 2018.

Jumlah jamaah umrah dari Indonesia hanya kalah dari Pakistan dan dulu Mesir, sebelum penekonomian negara itu ambruk.

Jika ongkos umrah regular per orang sekitar Rp 25 juta, maka tak kurang dari Rp12 triliun/tahun angka perputaran uangnya. MasyaAllah…

Tak hanya umrah regular. Yang sekarang sedang menjadi fenomena adalah umrah custom. Umrah yang diatur khusus sesuai permintaan. Dari dulu sebenarnya sudah ada. Tapi sekarang permintaannya semakin meningkat.

Semisal Mia dan kawan-kawan sosialita ta’limnya yang pergi dalam rombongan kecil bersama ustadz favorit yang sedang naik daun ini.

Deviasi perjalanan setelah umrah pun bisa di-request kemanapun ke seluruh dunia. Schedule keberangkatan dan kepulangan bisa diatur sesuai jadwal. Bertepatan dengan ulang tahun anak? BIsa. Bertepatan dengan momen khusus? Tak masalah.

Tak hanya umrah. Bahkan kini layanan haji custom pun tersedia. Tentu saja setelah visa haji di tangan ya.  Custom hanya untuk pilihan maskapai, rute penerbangan. Semisal sebelum berangkat atau sesudah pulang dari Tanah Suci mau mampir dulu ke Eropa atau ke Jepang atau ke Afrika. Bisa diakomodir.

Durasi waktu di Tanah Suci pun bisa diatur. Setelah armina selesai, mau berapa lama di Mekkah atau di Madinah, bisa disesuaikan. Berikut pilihan hotelnya.

Harga? Tentu saja mengikuti semua permintaan itu. As request. Tiket pesawat sudah pasti berlipat-lipat, karena waktunya bisa jadi sudah sangat mepet dengan musim haji.

Begitupun dengan hotel dan segala fasilitas yang disediakan khusus sesuai permintaan.

Obrolan tentang umrah dan haji custom dengan Mia ini sangat seru. Banyak informasi menarik yang bisa saya gali darinya.

Tetiba perempuan cantik itu mengeluarkan Alquran seukuran diary. Yang membuat saya terkejut, cover Alquran semacam itu belum pernah saya lihat sebelumnya. Cover itu menyerupai desain khas sebuah brand ternama dunia.

“Bagus banget Alquran-nya?”

“Ini beli di Makkah. Dua ratus riyal (setara Rp 800.000). Mungkin di Madinah lebih murah,” jawabnya santai.

Belum selesai kebengongan saya, Denis, teman yang bersamanya menyeletuk, “Mi, pinjem semprotannya dong.”

Dikeluarkannya botol spray kecil seukuran 50 ml. Lalu diangsurkan ke teman sebelahnya. Dengan sekali tekan keluarlah air dari dalam botol yang digunakan untuk berwudhu.

“Wah, keren banget. Itu botol apa?” tanya saya.

“Ini sih botol bekas makeup biasa, Mbak. Tapi saya isi zam-zam. Di manasik dengan

Ustadz A kita diajari berwudhu menggunakan spray seperti ini kalau batal,” jelasnya.

Rupanya bukan cuma saya yang takjub. Perempuan Asia Selatan yang duduk di dekat kita pun penasaran dan meminjam botol itu. Dilihatnya dengan seksama sebelum akhirnya dia ulurkan jempol dan berkata, “Acha…acha…” sambil menggoyang-goyangkan kepala.

Saya tersenyum. Lalu, teringat percakapan dengan Bu Yati dari Pandeglang, Banten, yang duduk di sebelah saya kemarin di Masjid Nabawi juga. Ia merelakan tanah warisan neneknya dijual untuk biaya umrah bersama suami dan kakaknya.

“Sudah tidak sabar nunggu antrean haji. Alhamdulillah ada rezeki tanah warisan dari nenek. Sudahlah dijual saja, kata saya. Yang penting bisa ke Mekkah,” katanya polos dengan logat Sunda Banten yang khas.

Ada yang bisa berangkat umrah kapanpun mau. Lengkap dengan segala fasilitas custom seperti Mia. Ada juga yang harus menjual tanah warisan seperti Bu Yati.

Maka benarlah seruan seperti yang tersebut dalam QS. Al Hajj: 27, “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh”.

Semoga Allah mudahkan kita semua untuk datang dan datang lagi ke rumahNya. Biidznillah…

Jakarta, 28/2/2019

Semua artikel dan foto telah dipublikasikan. Follow me on IG @uttiek.herlambang | FB @uttiek_mpanjiastuti | www.uttiek.blogspot.com

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement