Senin 19 Nov 2018 10:18 WIB

Tan Malaka: Syariat Islam, Serikat Islam, Hingga Musuh PKI

Selama ini jejak dan sosok perjuangan tetap masih kabur dalam sejarah.

Tan Malaka
Tan Malaka

Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika

Apa kabar Tan Malaka? Kajian ini menarik karena salah satu sosok bapak bangsa ini masih bernasib tragis. Dia belum diakui sebagai pahlawan bangsa. Padahal jasanya kepada bangsa ini cukup besar. Dia mengkonsep ide awal tentang sebuah negara varu bernama Indonesia, berjuang memerdekanya dengan merantau ke berbagai negara, di musuhi anak bangsanya sendiri, meninggal dalam gerilya, sampai makamnya masih menjadi kontroversi.

Tan Malaka atau lengkapnya Ibrahim gelar Datuk Sutan Malaka, lahir di Nagari Pandam Gadang, Sukiki, Lima Puluh Kota, Sumatra Barat, pada 2 Juni 1897. Dia meninggal dengan luka tembak di Desa Selopanggung,Kediri, Jawa Timur 21 Februari 1949. Dia salah pendiri PKI yang kemudian dimusuhi dan diburu PKI. Tan kemudian mendirikan Partai Murba (Musyawarah Rakyat Banyak) setahun sebelum dia meninggal, yakni 7 November 1948

Akhir pekan lalu, sejarawan Belanda Dr Harry Poeze membeberkan tentang data baru tentang dia. Hal itu adalah surat-surat pribadi Tan Malaka kepada seorang teman sekolah di Harlem, Belanda. Surat-surat itu menjadi bahan studi dalam sejarah kehidupan Tan Malaka selama pelariannya sebagai pejuang kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Dakam tulisan singkat hasil diskusi yang berlangsung dari pukul 08.30 hingga pukul 23.00 WIB itu menyatakan, bila Harry Poeze tergelitik untuk membeberkan surat-surat Tan Malaka itu ketika dia diundang dalam pameran surat-surat para pendiri bangsa. Dalam pameran itu dipamerkan surat dan tanda tangan para tokoh pemimpin bangsa.

“Kalau lihat surat itu dekat denganng orang yang menulis daripada surat yang diketik dengan mesin ketik oleh penulis. Saya membawa surat yang ditulis tangan oleh Tan Malaka kepada temannya Dick van Lheinkar teman sekolah di Harlem,” kata Harry Poeze dalam sebuah diskusi di kediaman anggota DPR, Khatibul Wiranu,

di Depok, Sabtu malam lalu, (18/11).

Dick van Lheinkar adalah salah seorang teman dekat Tan Malaka yang seluruhnya berteman dengan 24 orang mahasiswa Harlem. Kesemuanya berhubungan akrab selama menempuh pendidikan di Harlem. Salah satu teman yang paling dekat adalah  Dick van Rheinkar, keduanya  menjadi teman akrab.

“Setelah lulus Tan Malaka masih bersahabat dengan Dick dan saling mengirim surat. Surat-surat itu berisi tentang pengalaman studi di Belanda, tentang ijazasahnya. Dan surat itu berisi tentang kegiatan-kegiatan Tan Malaka setelah kembali ke Indonesia dari Belanda,” jelas Poeze.

 

Dalam diskusi yang digelar pendopo itu dengan arsitektur rumah orang Kudus tersebut, Poze lebih lanjut mengatakan surat-surat itu dalam dilihat perubahan mendasar dari pemikiran Tan Malaka dari seorang yang netral dalam politik, kemudian tumbuh keinsyafan dalam dirinya setelah melihat penderitaan rakyat Indonesia setelah dia menjadi guru.

Tan malaka kemudian tidak lagi mau bekerja sebagai guru kontrak diperkebunan, kemudian dia memutuskan berangkat ke Jawa untuk ikut dalam pergerakan politik kemudian mendirikan Sekolah  untuk anak-anak proletaris, dan kemudian menjadi Ketua PKI karena para pemimpinnya sudah dibuang. Tahun 1922 dibuang oleh pemerintah kolonial.  Dia bekerja di bawah tanah untuk menggulingkan imperialisme Barat di Asia Tenggara.

“Nah, baru setelah pulang ke Indonesia, tumbuh keinsyafan dalam dirinya, dalam surat itu dapat dilihat bahwa Tan Malaka tanpa malaka seorang netral dalam politik, kemudian berubah sikap setelah melihat langsung penderitaan rakyat Indonesia,” katanya.

photo
Tan Malaka sewaktu belajar di Belanda. (Gahetna.nl)

Terkait soal penulususan surat tersebut, Poeze mengaku seperti merasakan mimpi menjadi kenyataan, ketika pada suata waktu dia berkunjung ke rumah Dick di Rotherdam sebagai bagai dari kerja untuk penelitian, dia mendapatkan penjelasan dari teman itu bahwa dirinya masih menyimpan surat-surat pribadi Tan Malaka yang ditujukan kepadanya. “Ini mimpi yang menjadi bener,” katanya setelah mendengar dari Dick soal surat Tan Malaka itu.

Menurut penjelesanan Poeze, dari  tangan Dick dirinya mendapatkan  ada 27 surat ditulis tangan Tan Malaka yang disimpan oleh Dick Rheinhard.  Bahan-bahan surat itu kemudian menjadi data sangat penting dalam penyusunan disertasi yang kemudian menjadi buku berjudul Pergulatan Pemikiran.

Dick saat ketemu Poeze, menjelaskan kalau dirinya telah menyimpan surat-surat Tan Malaka itu selama  50 tahun. Surat-surat itu disimpan oleh Dick van Lheinkard di dalam sebuah peti di rumahnya di Rhoterdam. “Surat itu ada 27 surat Tan Malaka yang disimpan oleh Dick van Rheinkar. Surat-surat itu kemudian diserahkan kepada saya oleh Dick Rheinkar sebagai hadiah saya lulus ujian  disertasi,” kata  Foeze.

Dick menyerahkan surat-surat itu kepada Poeze karena dia khawatir kalau surat-surat itu tidak dapat diselamatkan sepeninggal dirinya. Karena dia khawatirkan anaknya akan menyia-menyiakan surat bersejarah itu. Surat-surat itu diserahkan kepada saya, karena Dick khawatir kalau dirinya nanti meninggl.

“Waktu perayaan kelulusan ujian desertasi saya, kala itu ada resepsi. Waktu itu juga Dick dia bilang ini hadiah untuk Harry Foeze. Kalau saya meninggal anak-anak saya akan membuang surat-surat saya.  Karena itu surat-surat diserahkan kepada saya. Ada 27 surat, saya simpan surat itu dengan teliti dan sudah hampir 40 tahun, sudah diatur surat itu dikirim ke satu lembag. “Ini sejarah surat-surat Tan Malaka,” kata Poeze.

Maka, Poeze kemudian menyompan surat-surat bersejarah itu secara rapi. “Kemudian saya serahkan ke sebuah lembaga,” katanya.

Menurut dia, dalam surat-surat Tan menulis kisah tentang kemajuan-kemajuan aksinya. Karena ia menjadi buruan dari Inggris, Belanda, Amerika, Jepang, China. Maka Poeze pun kemuridan merasa menemukan fakta-fakta baru yang belum dijelaskan dalam buku yang sudah soal Tan Malaka yang selama ini dia tulis seperti  dalam buku Pergulatan Pemikiran Tan Malaka. Alhasil kemudian ia mengaku bila perlu ada direvisi terhadap buku tersebut.

Selain itu, Poeze juga menyatakan akan menulis buku baru sebagai revisi terhadap buku “Pergulatan Pemikiran Tan Malaka. “Kemudian saya ingin menerbitkan semua tulisan-tulisan Tan  Malaka. Oleh karena itu kemudian banyak kegiatan,” katanya.

                                             \         

                           

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement