Ahad 05 Apr 2015 06:00 WIB

(P)ersatuan (S)epak Bola (S)usah (I)slah

Logo PSSI
Logo PSSI

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Angga Indrawan

Twitter: @indrawan_angga

Islah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti perdamaian. Ahli ilmu fiqih, (alm) Prof Dr Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy menyebut islah berarti mengulurkan tali yang kuat antara manusia guna menyudahi persengketaan. Sengketa baik mengenai urusan harta, kehormatan, ataupun urusan politik dan strategi perjuangan.

Islah dalam terminologi Islam pun sarat makna mulia. Islah termaktub di surat Al Hujarat ayat 7, 'Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang, hendaklah kamu damaikan antara keduanya'. Islah begitu bermanfaat bagi umat.

Sayangnya, iklim Politik 2015 menjauhkan masyarakat dari nilai keindahan Islah. Dua kubu berseteru jadi teror politik yang tersaji lewat pemberitaan media massa. Mulai dari perseteruan Partai Golkar, Kisruh PPP, Menkumham dengan Koalisi Merah Putih, hingga Ahok versus Haji Lulung di balai kota Jakarta.

Jauhnya nilai Islah tak hanya mewarnai kontestasi politik gedung Senayan. Memasuki bulan April, jangan lupa, bau perseteruan makin kentara tercium antara dua kubu yang sudah triwulan berseteru: Kemenpora dengan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).

Perseteruan berawal dari upaya revolusi mental dan disiplin di tubuh pengurus PSSI pascajebloknya prestasi timnas di Piala AFC. Adu urat memuncak usai Tim Sembilan, tim bentukan Menpora merekomendasikan penundaan kick off ISL untuk waktu berbulan-bulan.

Bulan April ini merupakan puncak tahun politik bagi PSSI. 8 April, Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI digelar. Pertanyaannya sederhana, sudahkah pengurus PSSI islah dengan pemerintah dalam hal ini Kemenpora?. Jika kongres PSSI tetap digelar, artinya, kepengurusan Djohar Arifin hari ini meninggalkan perseteruan usai pejabat asal Sumatera Utara itu menikmati jabatannya sebagai ketua umum PSSI.

PSSI dituding bebal, ogah mendengar saran Menpora untuk sejenak menunda pagelaran yang diklaim paling demokratis yang mereka miliki. Djohar Arifin, sang ketua bahkan lantang menyebut, kongres PSSI akan tetap digelar dan tak terpengaruh pernyataan Menpora. PSSI, sekali lagi menolak islah.

Sebelumnya, Menpora Imam Nahrawi meminta kepada PSSI agar menunda KLB. Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu beralasan penundaan KLB bertujuan baik. Yakni agar PSSI lebih fokus untuk membawa sepak bola Indonesia berprestasi di ajang SEA Games 2015 di Singapura.

Alhasil, sinyal-sinyal menolak Islah ini lah yang membuat Menpora ambil sikap. 18 Maret 2015, Imam Nahrawi merestui perpanjangan waktu masa kerja Tim Sembilan. Seyogianya akhir Maret kemarin tugas Oegroseno cs tuntas sudah. Namun, sengkarut di tubuh PSSI tak juga kunjung usai. Alhasil, sebulan lagi nafas kerja diberikan.

"Kebetulan saja memang bertemu dengan momen kongres PSSI." kata Gatot S Dewa Broto, salah satu anggota Tim Sembilan dalam pesan singkatnya, beberapa waktu lalu.

Apapun itu, Ungkapan Gatot menyiratkan bahwa Tim Sembilan juga punya perhatian besar terhadap anomali jika kongres PSSI tetap digelar. Jika PSSI tetap menggelar Kongres, artinya PSSI telah meninggalkan dosa besar tak termaafkan.

Bagaimana tidak, saya bantu melawan lupa. Jika kongres bakal tetap digelar, PSSI akan meninggalkan dosa sepak bola gajah yang boroknya masih menganga. Jika kongres tetap digelar, PSSI meninggalkan timnas senior tanpa pelatih tetap. Jika kongres tetap digelar, PSSI meninggalkan dosa bebal tentang kemestiannya transparan sebagai badan publik. Dan sekali lagi, jika kongres tetap digelar, PSSI meninggalkan tanggung jawab usai mengomandoi kompetisi liga yang cacat administrasi, pengemplang pajak, dan kompetisi tim-tim amatir yang dipaksa berlabel profesional.

Imam Nahrawi sekali lagi punya tugas mulia menghapus semua kezaliman yang ada terhadap sepak bola di Tanah Air. Katanya, Imam Nahrawi punya lingkungan sahabat-sahabat para ulama. Darah Nahdlatul Ulama pun melekat dalam kehidupan menteri asal Bangkalan itu. Saat inilah Nahrawi membukitkan dengan melaksanakan pesan bangsa dan agama. Setidaknya Nabi Muhammad SAW bersabda:

'Tolonglah saudaramu dalam keadaan menganiaya atau dianiaya. Saya bertanya. Wahai Rasululah, yang ini saya menolongnya karena teraniaya. Bagaimana caranya menolong yang zalim?. Engkau harus melarangnya dari kezaliman, itulah cara menolongnya,' (HR Anas RA).

Saatnya PSSI dan Menpora saling dudukkan masalah, kemudian berislah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement