Sabtu 28 Oct 2017 00:33 WIB

Apa yang Terjadi dengan Daya Beli Masyarakat?

Gelombang paceklik daya beli juga dirasakan di Kota Padang, Sumatra Barat. Para pedagang SPR Plaza mengeluhkan omzet yang anjlok hingga 50 persen dibanding tahun 2016 lalu.
Foto: Republika/Sapto Andika Candra
Gelombang paceklik daya beli juga dirasakan di Kota Padang, Sumatra Barat. Para pedagang SPR Plaza mengeluhkan omzet yang anjlok hingga 50 persen dibanding tahun 2016 lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Razi Rahman, Antara

Anggota DPR Amerika Serikat Kevin Brady pernah menyebut, bila kebijakan berfokus untuk menjaga daya beli, maka dampaknya adalah menjaga kondisi perekonomian baik dari inflasi maupun deflasi, serta menjadi dasar kekuatan ekonomi. Sejumlah pejabat dari berbagai negara maju memang memahami pentingnya bagi sebuah pemerintahan dalam menjaga daya beli warganya.

Hal itu karena dipahami bila daya beli di suatu lokasi melemah, maka aktivitas perekonomian di daerah tersebut juga akan melambat dan melesu. Akibatnya, di kawasan tersebut dapat tercipta sebuah stagnasi ekonomi yang dapat membuat peredaran uang tidak berjalan dengan baik dan aktivitas perdagangan juga bisa menjadi tidak bergairah.

Untuk itu, peneliti lembaga Wiratama Institute Muhammad Syarif Hidayatullah menginginkan pemerintah agar dapat menyoroti daya beli masyarakat dalam rangka menggairahkan perekonomian nasional. Syarif berpendapat, stagnannya tingkat upah selama beberapa tahun terakhir, lapangan pekerjaan baru yang mulai didominasi oleh pekerjaan setengah menganggur, hingga inflasi pangan yang masih relatif tinggi, bakal menggerus daya beli masyarakat.

Selain itu, tambah dia, perlambatan perekonomian, permasalahan ekonomi global, menyebabkan ketidakpastian untuk kalangan menengah atas, sehingga ekspektasi ekonomi ke depan dinilai kurang baik.

Senior Associate Director Research Colliers International Ferry Salanto menyatakan, pemerintah perlu memerhatikan kebijakan dalam rangka meningkatkan daya beli masyarakat karena hal tersebut dinilai sangat penting sebagai upaya untuk melesatkan kinerja ritel yang saat ini dinilai sedang melesu. Hal tersebut, ujar dia, karena saat tingkat kebutuhan meningkat tidak diiringi oleh peningkatan tingkat penghasilan yang setara untuk memenuhi biaya kebutuhan hidup.

Menurut Ferry, berdasarkan sejumlah kajian seperti dari Nielsen, konsumen ritel saat ini sudah mulai melakukan pengiritan dengan menurunkan biaya untuk kebutuhan tersier atau sekunder. Sebagaimana diketahui, pemerintah memutuskan tarif dasar listrik (TDL) tidak akan naik hingga akhir tahun 2017. Menurut Menteri ESDM Ignasius Jonan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (27/9), yang menjadi pertimbangan utama atas keputusan tersebut adalah terkait menjaga daya beli masyarakat.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menilai penutupan dua gerai Matahari Department Store di Pasaraya Blok M dan Pasaraya Manggarai bukan karena menurunnya daya beli masyarakat, melainkan upaya efisiensi perusahaan. Usai menghadiri acara Sinkronisasi Kebijakan Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Tahun 2017 di Jakarta, Senin (18/9), Mendag menjelaskan meski kedua gerai tutup, kondisi ritel masih terbilang bagus karena kinerja Matahari Department Store dari tahun ke tahun (year on year) menunjukkan peningkatan pendapatan.

Menurut dia, penutupan gerai Matahari tidak membuat kondisi ritel terpuruk, karena harus dilihat dari pembukuan tahunan yang menunjukkan peningkatan pendapatan dan laba bersih "year on year" (y-o-y). Mendag mengakui jika pusat perbelanjaan di beberapa lokasi sepi karena ada pergeseran minat masyarakat yang fokus di kawasan Sudirman, SCBD hingga Thamrin untuk lokasi utama belanja.

Kualitas-kuantitas

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement