Sabtu 12 Feb 2011 17:26 WIB

Video Penyerangan Ahmadiyah: 'Arif Berpengalaman dengan Video'

Rep: yasmina hasni/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Penggiat Human Rights Watch (HRW) yang juga mengunggah video kejadian penyerangan warga Ahmadiyah ke situs Youtube, Andreas Harsono mengakui bahwa  Arif, perekam secara lengkap insiden Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten merupakan orang yang berpengalaman dengan video. Pasalnya, menurut Andreas, Arif mampu mengambil gambar yang bermutu. Meskipun, Andreas menyatakan dirinya tidak mengenal Arif secara langsung.

“Saya tidak kenal, tapi bukan berarti saya tidak percaya dia (arif). Saya tidak tahu apa pekerjaannya, yang saya tahu hanya gambarnya bermutu, tidak goyang, zooming in dan zooming out nya bagus, lututnya juga bukan lutut yang sembarangan. Dia pasti pemberani dan berpengalaman dengan video,” ujarnya saat dihubungi Republika, Sabtu (12/2).

Andreas pun menambahkan, dirinya memastikain Arif merupakan orang yang juga mengetahui bagaimana menempatkan diri pada saat yang berbahaya, bahkan mengetahui kapan video harus diselamatkan. “Yang jelas dia bukan orang yang main-main,” katanya. Namun demikian, Andreas tidak bisa mengatakan bahwa Arif merupakan seorang profesional atau bukan, karena  Andreas tidak mengetahui apa jenis pekerjaan yang digeluti Arif sehari-hari. “Yang pasti karyanya bermutu,”  jelasnya.

Andreas kemudian menjelaskan, dirinya secara total menerima sejumlah 28 files video dari Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI). “Saya tak tahu total berapa menit (durasinya), tapi sekitar setengah jam. Dan file yang paling panjang (durasinya) dari 28 file itu, adalah 4 menit,” kata dia.

 

Ia mengisahkan, video itu awalnya diberikan oleh JAI ke salah satu stasiun televisi swasta. Namun ternyata, tidak ditayangkan secara utuh sehingga tidak terlihat terminologi yang dimaksud oleh JAI. Akhirnya, JAI mencari lembaga yang dianggap kredibel dan berani membela hak-hak mereka. “HRW dianggap kredibel, karena kami juga telah mengikuti kasus pelanggaran HAM kepada jemaat Ahmadiyah sejak 2002, saat ada penyerangan di Lombok,” ujar Andreas yang juga pengajar Jurnalisme di Yayasan Pantau.

Akhirnya, menurut Andreas, pihak Ahmadiyah menghubungi dirinya, karena memang ia lah yang dikenal. JAI ingin agar video ini bisa disampaikan ke masyarakat. Maka, pada Senin (7/2), satu hari pascakejadian, Andreas menemui para anggota JAI. “ Tapi bukan Arif, karena Arif pada waktu itu masih dalam kondisi tertekan. Dia stress, ya anda bayangkan orang yang baru saja mengalami ketegangan tentu kecapekan. Jadi yang menyampaikan bukan dia, namun orang-orang dari Jemaat Ahmadiyah,” kata dia.  

Setelah video tersebut berada di tangannya, ia melakukan diskusi dengan para penggiat HRW lainnya, sebagai proses cek dan ricek atau autentikasi. Maka, setelah dinyatakan bahwa video tersebut benar, dan kejadiannya pun dianggap benar, barulah video tersebut diunggah ke situs youtube.

Ahmadiyah, menurut Andreas memilih HRW semata-mata karena sudah saling mengenal sejak lama. “Mereka mencari kredibilitas dan lembaga yang mereka kenal berani membela hak-hak mereka,” ujar dia.

Hal ini, menurut dia, masuk akal karena HRW sejak awal telah berkecimpung menangani serta menulis soal kasus Ahmadiyah. Karena itu, Andreas pun bisa memastikan bahwa tidak ada motif lain di balik keinginan JAI untuk meminta HRW agar menyebarkan video ini.

Tujuannya, kata dia, hanya agar semua orang dapat melihat dan menyaksikan sendiri pelanggaran HAM yang dilakukan terhadap JAI. “Supaya orang tahu bahwa level kekerasan pada Ahmadiyah ini sudah tinggi,” tuturnya.

Apalagi, tambah dia, sejak 2002 hingga kini, para pelaku kekerasan terhadap JAI tak ada seorang pun yang dijatuhi hukuman setimpal. “Banyak yang ditangkap dan diperiksa, tapi tidak ada satupun yang dihukum,” tutup Andreas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement