REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Mantan wakil presiden Jusuf Kalla mengkritik tata cara pelaksanaan open house di Istana Negara. Dia menilai, dengan pengaturan yang baik, open house dapat dilakukan tanpa menimbulkan korban jiwa.
"Saya sudah enam tahun melakukan open house, tapi tak pernah terjadi itu (korban jiwa)," ujar JK yang kini menjabat sebagai Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) tersebut di sela-sela open house yang diadakan di kediamannya di Jalan Brawijaya no 6, Jakarta Selatan, Ahad (12/8). Tiap tahun, JK membagikan hampir 200 ribu paket kepada masyarakat miskin.
Dia menjelaskan, pembagian paket tersebut dilakukan secara terorganisir. "Tapi melalui organisasi Islam, sebagian di kantor menko kesra dan sebagian di wapres," ujar Kalla yang pernah menjabat sebagai menteri koordinator kesejahteraan rakyat (menko kesra) itu. Dengan cara seperti itu, lanjutnya, tak pernah ada korban jiwa dalam open house yang dilakukannya.
Selain itu, dia menolak usulan penghentian pelaksanaan open house. "Ibarat naik motor, kalau terjadi kecelakaan, apakah semua motor dibatalkan?" tanyanya. Oleh karena itu, dia mengimbau agar penataan open house para pejabat. Open house, sambungnya, adalah salah satu sarana rakyat kecil untuk bertemu dengan pimpinan negeri ini.
Pada saat yang sama, hadir juga Wakil Presiden Boediono dalam open house JK. Kepada wartawan, Boediono hanya melempar senyum. "Kami hanya ngobrol soal Lebaran saja," ujar JK saat mengantar Wapres di depan pintu rumahnya.
Seperti diketahui, Joni Malela meninggal saat pelaksanaan open house oleh Presiden SBY di Istana Negara, Jumat (10/8). Joni meninggal akibat kehabisan napas saat berdesak-desakan.