REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARDJO--Jalan Raya Porong mengalami penurunan sebesar lima sentimeter setiap hari hari. Hingga kini, total tercatat terjadi penurunan sebesar 90 sentimeter sejak tahun 2008 silam akibat semburan Lumpur Lapindo.
Wakil Kepala Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Akhmad Kusairi, Selasa (29/6), mengatakan, penurunan terparah berada di pintu keluar Jalan Tol Porong. "Penurunan tanah tersebut disebabkan adanya rongga yang berada di dalam tanah, sehingga tanah yang ada di atasnya mengalami anjlok, secara pasti," katanya mengungkapkan.
Ia mengemukakan, dengan adanya penurunan tersebut, saat ini BPLS melakukan peninggian jalan sepanjang satu kilometer dari Desa Ketapang, Tanggulangin sampai Tugu Kuning di Kelurahan Siring, Porong. Peninggian pada jalur ini mencapai satu meter pada tempat amblesan yang terdalam di depan Gerbang Tol Porong.
Peninggian dilakukan mengingat kondisi jalan cukup mengkhawatirkan. Kondisi jalan yang berlubang dan mengalami penurunan tanah (subsidence) memaksa jalan arteri ini untuk segera diperbaiki.
"Wilayah tersebut terutama di jembatan 'puthul' (buntung, bekas ruas tol Porong-Gempol), memang mengalami penurunan tanah yang cukup ekstrem dalam kurun waktu setahun terakhir," ungkapnya menegaskan. Kondisi ini membuat jalan arteri Porong kurang layak untuk dilalui arus kendaraan yang cukup padat.
Mengingat jalan arteri Porong merupakan jalur sentral transportasi Jawa Timur untuk wilayah timur dan selatan, maka sudah seharusnya jalan tersebut diperbaiki agar jalur transportasi kembali lancar dan bisa mengurangi kemacetan.
Peninggian yang dilakukan diharapkan bisa selesai sebelum hari raya tahun 2010, artinya ada waktu dua bulan untuk menyelesaikan pekerjaan ini. Pekerjaan fisik peninggian dimaksimalkan pada malam hari di atas jam 21.00 WIB. "Kerja malam dilakukan, untuk mengurangi kemacetan yang terjadi akibat banyaknya alat berat di jalur itu," paparnya.
Ia mengemukakan, untuk mengantisipasi kekuatan tanah di area pekerjaan, dalam setiap 30 sentimeter timbunan tanah dipasang geotekstil untuk mencegah penurunan tanah. "Setelah urukan tanah mencapai 30 sentimeter kami lakukan uji kepadatan dengan beban maksimal, kemudian kami beri geotekstil kembali untuk ketingian urukan sirtu (pasir batu) mencapai 60 cm dari campuran semen, sirtu 30 centimeter dan sisanya adalah aspal," katanya menjelaskan.