Jumat 31 Mar 2023 06:53 WIB

Jokowi Keluhkan Jakarta Macet, PDIP: Pembangunan Transportasi Terlambat 50 Tahun

Menurut Jokowi, Jakarta pagi macet, siang macet, sore macet, malam macet sekarang.

Rep: Eva Rianti/ Red: Erik Purnama Putra
Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak di Gedung DPRD DKI Jakarta, Rabu (15/2/2023).
Foto: Republika/Eva Rianti
Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak di Gedung DPRD DKI Jakarta, Rabu (15/2/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta, Gilbert Simanjuntak menanggapi statemen Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyebut bahwa kemacetan yang terjadi di Jakarta disebabkan pembangunan transportasi yang terlambat sekitar 30 tahun. Dia menilai,, keterlambatan pembangunan justru lebih jauh dari persepsi Jokowi.

"Saya tidak setuju karena bukan 30 tahun, malah terlambat 50 tahun," kata Gilbert saat dihubungi Republika.co.id di Jakarta, Kamis (30/3/2023).

Keterlambatan itu lantaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sejak dulu tidak memanfaatkan jalur trem yang ada pada zaman Belanda. Pada era Orde Lama, jalur trem warisan Belanda di Ibu Kota malah ditutup karena dianggap tidak cocok sebagai moda transportasi di kota besar oleh Presiden Sukarno.

Baca juga : Eks Ajudan Jokowi Promosi Jadi Danjen Kopassus

 

Alhasil, ketika semua akhirnya beralih ke kendaraan pribadi, kini Jakarta identik dengan kemacetan/ "Dulu kita punya jalur trem di tengah kota dari zaman Belanda, kenapa itu tidak diurusin? Harusnya itu kan dipertahankan seperti di Singapura dan Melbourne yang memiliki train dari awal dipertahankan dan ditambah," tutur Gilbert.

Berbeda dengan kota yang ada di pusat negeri Singa atau Kangguru, jalur trem di Jakarta justru seolah hilang ditelan bumi. Jalur tersebut baru ketahuan kembali ketika dilakukan penggalian proyek MRT Jakarta, khususnya di kawasan Glodok, Jakarta Barat pada akhir 2022.

Menurut Gilbert, kepala daerah Jakarta sejak awal tidak ada yang melanjutkan jalur trem tersebut untuk membangun transportasi publik. Sehingga, pembangunan transportasi publik yang ada saat ini pun sangat terlambat menjadi moda andalan jutaan warga dalam melakukan mobilitas.

"Setahu saya tidak pernah (kepala daerah DKI Jakarta 'menyentuh' jalur trem zaman Belanda), dari zaman Ali Sadikin sampai sekarang. Dari tahun 1945 enggak diurusi kok, kemudian kita yang jadi korban kemacetan sekarang," jelas anggota Komisi B DPRD DKI itu.

Baca juga : Pengamat Lihat Kemungkinan Skenario Ganjar Blunder Tolak Timnas Israel

Sebelumnya Presiden Jokowi menyebut, Indonesia terlambat dalam membangun transportasi massal. Akibat keterlambatan membangun transportasi massal yang andal, masyarakat akhirnya lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi. Kondisi itu yang menurut Jokowi menjadi penyebab kemacetan di kota-kota besar.

"Karena keterlambatan membangun transportasi massal, baik untuk penumpang maupun untuk barang, semua berbondong-bondong menggunakan kendaraan pribadi. Akhirnya macet di semua kota sekarang ini," kata Jokowi saat meresmikan pengoperasian jalur kereta api Makassar-Parepare rute Maros-Barru di Sulawesi Selatan, Rabu (29/3/2023).

Kemacetan saat ini tidak hanya terjadi di Ibu Kota, tetapi juga di berbagai kota besar lainnya, seperti Bandung, Medan, Surabaya, Semarang, dan Makassar. Di Jakarta, kata Jokowi, pembangunan transportasi massal sudah terlambat sekitar 30 tahun. Meskipun pemerintah telah membangun MRT dan LRT, kemacetan masih terjadi.

"Di Jakarta terlambat 30 tahun kira-kira, meskipun sekarang sudah ada MRT, tapi baru satu jalur. Ada LRT, tapi juga belum jalan. Sehingga Bapak Ibu kalau di Jakarta pagi macet, siang macet, sore macet, malam macet sekarang ini. Karena keterlambatan dalam membangun itu," kata Jokowi.

Baca juga : Sentil Ganjar dan Koster, Jokowi: Jangan Campuradukkan Politik dan Bola

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement