Selasa 27 Sep 2022 23:05 WIB

Pemkab Pangandaran Diminta Antisipasi Banjir Musiman di Desa Bunisari

Ketinggian air di Bunisari masih tiga meter.

Rep: Bayu Adji/ Red: Muhammad Hafil
Petugas membantu proses evakuasi barang milik warga yang terdampak banjir di Desa Bunisari, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Pangandaran, Selasa (27/9/2022).
Foto: Dok. Tagana Kabupaten Pangandaran
Petugas membantu proses evakuasi barang milik warga yang terdampak banjir di Desa Bunisari, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Pangandaran, Selasa (27/9/2022).

REPUBLIKA.CO.ID,PANGANDARAN -- Banjir di Desa Bunisari, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Pangandaran, masih menyebabkan akses warga di dua dusun terisolasi hingga hari kelima, Selasa (27/9/2022). Akibatnya, warga yang hendak beraktivitas ke luar Dusun Cicurug dan Dusun Cisalak Timur, Desa Bunisari, harus menggunakan perahu karet atau rakit.

Kepala Desa Bunisari, Saefudin, mengatakan, ketinggian air di jalan desa yang tergenang banjir masih mencapai 3 meter. Alhasil, akses jalan warga di dua dusun itu setempat masih terputus. Apalagi, warga di dua dusun itu tak memiliki akses jalan lain.

Baca Juga

"Kondisi masih tinggi air. Saya barusan ke lokasi bersama dinsos provinsi untuk menyerahkan bantuan," kata dia saat dikonfirmasi Republika, Selasa sore.

Selain memutus akses jalan desa, banjir yang terjadi sejak Jumat (23/9/2022), itu juga membuat sejumlah rumah warga terendam. Setidaknya, terdapat sekitar 40 rumah warga yang terendam. Namun, air di permukiman warga tak terlalu tinggi, maksimal hanya sekitar 50 sentimeter (cm).

Saefudin mengatakan, warga yang rumahnya terendam mengungsi ke rumah kerabatnya. Bantuan logistik untuk memenuhi kebutuhan juga telah disalurkan kepada warga yang terdampak.

Selain itu, ia menambahkan, banjir yang terjadi juga merendam sekitar 7 hektare lahan tanaman palawija. Tanaman-tanaman itu diperkirakan akan mati membusuk apabila banjir tak segera surut.

"Saya perkirakan banjir ini baru surut tiga pekan lagi. Itu pun kalau tidak hujan. Kalau hujan terus, air naik lagi," kata Saefudin.

Menurut dia, banjir di wilayahnya memang hampir selalu terjadi apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi. Pasalnya, wilayah itu berada di dataran rendah.

"Karena itu, harus dilakukan penyodetan. Dulu pernah dilakukan pada 2007, tapi belum maksimal," kata dia.

Saefudin mengatakan, pihaknya sudah berkomunikasi dengan Bupati Pangandaran untuk melakukan pembuatan sodetan di wilayah desanya. Dengan begitu, ketika terjadi hujan, air dapat tersalurkan.

"Tadi sudah komunikasi dengan Pak Bupati, tapi belum ada kepastian karena Pak Kadis PU sedang di luar kota. Mungkin besok atau lusa bisa langsung ke lokasi," kata dia.

Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pangandaran, Kustiman, mengatakan, banjir meman masih merendam akses jalan di Desa Bunisari. Namun pihaknya telah menyiagakan perahu karet dan dua orang petugas untuk membantu warga beraktivitas melintasi jalan yang tergenang banjir.

Ihwal penanganan jangka panjang, Kustiman mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan dinas terkait untuk melakukan penyodetan. "Kami barusan berkoordinasi dengan Pak Bupati. Kepala desa juga sudah ingin dilakukan penyodetan. Agar air mengalir kalau hujan," kata dia.

Sebelumnya, Bupati Pangandaran, Jeje Wiradinata, pihaknya akan berkoordinasi dengan pemerintah desa setempat, pihak kecamatan, dan Dinas Pekerjaan Umum, Tata Ruang, Perumahan Rakyat, dan Kawasan Permukiman Kabupaten Pangandaran, untuk melakukan penanganan jangka panjang. Dengan begitu, bencana banjir di wilayah Desa Bunisari dapat diantisipasi ke depannya.

"Saya hari ini sedang diskusi dengan desa, kecamatan, dan PU, untuk membahas langkah yang akan dilakukan. Apakah akan penyodetan atau normalisasi," ujar dia.

Berdasarkan data Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Pangandaran, terdapat sekitar 153 kepala keluarga (KK) yang terdampak banjir di Desa Bunisari. Warga terdampak itu tak semua terendam air, melainkan terisolasi lantaran akses jalan desa tergenang banjir. Alhasil, warga yang hendak beraktivitas harus menggunakan rakit atau perahu karet yang disediakan oleh Tagana, BPBD, dan Polres Pangandaran. 

"Anggota kami bersama relawan KSB (kampung siaga bencana) juga terus piket untuk mengantarkan warga menggunakan perahu karet," kata Ketua Tagana Kabupaten Pangandaran, Nana Suryana. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement