Jumat 23 Sep 2022 19:31 WIB

Banjir Bandang Pameungpeuk Garut Kejadian Berulang

Salah satu penyebab banjir bandang Pameungpeuk adalah kerusakan alam

Rep: Bayu Adji P/ Red: Nur Aini
Kondisi rumah warga yang terdampak banjir bandang di Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Jumat (23/9/2022).
Foto: Dok. Kecamatan Pameungpeuk
Kondisi rumah warga yang terdampak banjir bandang di Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Jumat (23/9/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Ribuan jiwa warga di Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut, terdampak banjir bandang yang terjadi pada Kamis (22/9/2022). Banjir bandang itu disebut terjadi akibat luapan Sungai Cipalebuh dan Sungai Cikaso.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Garut, Nurdin Yana, mengatakan, banjir bandang di wilayah itu bukanlah kejadian yang pertama. Banjir bandang di Kecamatan Pameungpeuk juga pernah terjadi pada 2020 yang mengakibatkan sekitar 5.000 jiwa warga terdampak.

Baca Juga

"Ini kejadian berulang memang," kata dia, saat dikonfirmasi, Jumat (23/9/2022).

Menurut dia, salah satu penyebab banjir bandang itu adalah kerusakan alam di wilayah hulu Sungai Cipalebuh dan Sungai Cikaso. Akibatnya, resapan air berkurang.

Namun, urusan rehabilitasi hutan itu merupakan kewenangan banyak pihak, termasuk pemerintah pusat dan provinsi. Sementara, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut disebut tak memiliki kewenangan untuk melakukan rehabilitasi kawasan hutan.

"Waktu banjir bandang 2020, Kepala BNPB langsung meninjau lokasi hulu. Beliau mengungkapkan kecewa ada penanaman di wilayah Perhutani," kata Nurdin.

Ia menyebutkan, rehabilitasi kerusakan itu belum dilakukan secara optimal dan fungsional hingga hari ini. Akibatnya, banjir bandang kembali menerjang wilayah Kecamatan Pameungpeuk.

Nurdin menjelaskan, pihaknya juga telah meminta bantuan kepada BNPB untuk membuatkan tembok tinggi di sisi sungai. Upaya itu dilakukan agar air dari sungai tak lagi masuk ke permukiman ketika ada luapan.

"Namun itu belum turun bantuannya," kata dia.

Selain itu, Pemkab Garut juga akan berupaya melakukan relokasi rumah warga yang berada di sisi sungai. Pasalnya, di wilayah sungai itu merupakan daerah padat penduduk.

Berdasarkan laporan dari Kecamatan Pameungpeuk, banjir bandang yang terjadi pada Kamis malam membuat terdapat enam desa terdampak. Wilayah desa yang terdampak adalah Desa Pameungpeuk, Paas, Mandalakasih, Sirnabakti, Bojong Kaler, dan Bojong Kidul. Total warga yang terdampak diperkirakan mencapai 2.175 kepala keluarga (KK) atau 6.783 jiwa.

Selain itu, banjir bandang juga menyebabkan kerusakan rumah dan fasilitas umum di tiga wilayah desa. Wilayah desa yang terdampak kerusakan akibat banjir bandang yaitu Desa Bojong Kaler, Mandalakasih, dan Pameungpeuk.

Berdasarkan laporan sementara yang diterima Republika, kerusak yang terjadi di Desa Bojong Kaler antara lain robohnya tembok das sekitar 5 meter, tembok penahan tanah sepanjang 10 meter roboh, jembatan rawayan dalam kondisi rusak atau miring dan kabel, jalur PLN terputus, serta sawah milik warga seluas meter persegi terendam banjir.

Sementara di Desa Mandalakasih terdapat tiga unit rumah warga yang rusak berat atau hanyut. Sedangkan di Desa Pameungpeuk, terjadi kerusakan pada bangunan intek PDAM Pameungpeuk, jembatan gantung besi Cikopo hanyut terbawa banjir, serta sarana ibadah dan pendidikan terendam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement