Ahad 28 Aug 2022 11:56 WIB

Menkes: Bali Bisa Jadi Pusat Pengembangan Riset Genomik

Bali memiliki modalitas untuk membangun dan menyiapkan infrastruktur kesehatan.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, membagikan Tablet Tambah Darah (TTD) dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dalam rangka pencegahan stunting, kematian ibu, dan kematian anak di SMKN 1 Cibinong, Kabupaten Bogor, Kamis (21/7).
Foto: Republika/Shabrina Zakaria
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, membagikan Tablet Tambah Darah (TTD) dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dalam rangka pencegahan stunting, kematian ibu, dan kematian anak di SMKN 1 Cibinong, Kabupaten Bogor, Kamis (21/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan Bali bisa menjadi lokasi pusat pengembangan riset data genomik. Hal itu penting untuk menciptakan inovasi kesehatan agar tumbuh generasi yang lebih sehat di masa mendatang.

"Bali memiliki modalitas untuk membangun dan menyiapkan infrastruktur kesehatan," ujar Budi saat menjadi pembicara pada Tri Hita Karana (THK) Forum Road to G20 di Kura Kura Bali, Sabtu (27/8/2022).

Baca Juga

Menurut dia, pandemi Covid-19 telah menciptakan kesadaran tentang perlunya arsitektur kesehatan yang kuat dan komprehensif untuk menghadapi situasi darurat, menciptakan kesiapsiagaan agar tercipta masyarakat yang tangguh. "Proses menuju cita-cita ini bisa dimulai dengan mengelola ratusan juta data genomik yang terkumpul selama pandemi," katanya.

Budi mengatakan, pandemi telah menciptakan kesempatan bagi Indonesia untuk mengolah ratusan juta data genomik yang akan digunakan sebagai basis penelitian. Tujuannya untuk menciptakan inovasi kesehatan sehingga dunia akan lebih siap jika menghadapi pandemi selanjutnya.

"Pembangunan pusat arsitektur internasional ini sejalan dengan peta jalan ekonomi Kerthi Bali yang disampaikan Presiden Joko Widodo. Presiden menekankan pentingnya diversifikasi ekonomi di Bali sehingga tidak hanya tergantung pada sektor pariwisata saja," katanya.

Sebagai implementasi dari peta jalan ekonomi Kerthi Bali tersebut, Kemenkes telah melakukan beberapa upaya untuk mengolah data genomik tersebut, misalnya membangun pusat riset genomik di Universitas Udayana dan melakukan pertemuan dengan East Venture untuk mendukung bioresearch di Bali.

"Untuk itu, kami membuka kesempatan bagi perusahaan asing untuk mendirikan pusat riset dan investasi lainnya di bidang kesehatan di Indonesia. Namun, monetisasi tetap harus dilakukan di Indonesia dan bermanfaat bagi masyarakat," ujar Budi.

Sementara itu, Director of Financial Engineering at MIT Sloan School of ManagementAndrew Lo menekankan bahwa kesehatan adalah masalah global, sehingga perlu bantuan dari semua pemangku kepentingan untuk mengatasinya.

Dalam skenario perhitungannya, Andrew mengungkapkan diperlukan dana biofund sebesar 30 miliar dolar AS untuk memperbesar skala dampak serta mengurangi risiko keuangan. "Untuk mencapai hal tersebut bisa dicapai dengan skema blended finance yakni menggunakan dana publik sebagai katalis untuk menarik investasi dari pendanaan swasta secara masif," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement