Sabtu 14 May 2022 12:52 WIB

PMK Ternak Mulai Ditemukan di Lombok Timur

Pasar hewan di Lombok Timur akan ditutup mulai Senin.

Petugas memeriksa kesehatan hewan sapi untuk mengantisipasi penyebaran wabah virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak.
Foto: ANTARA/Adeng Bustomi
Petugas memeriksa kesehatan hewan sapi untuk mengantisipasi penyebaran wabah virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak.

REPUBLIKA.CO.ID, SELONG -- Pemerintah Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), menyatakan penyakit mulut dan kuku (PMK) mulai ditemukan di daerah itu. Wabah PMK berpotensi menimbulkan gejolak sosial.

"Data terakhir di Lombok Timur, terdapat 243 ternak yang telah terkonfirmasi terserang PMK," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lombok Timur Ir Mashyur dikutip dari keterangan resminya, Sabtu (14/5/2022).

Baca Juga

Ratusan sapi yang terkena penyakit atau virus PMK tersebut menyebar di Kecamatan Aikmel, namun telah sembuh 92 ekor, Kecamatan Suela 26 ekor sembuh dan 10 ekor masih dirawat, Labuhan haji enam ekor, Kacamatan MontongGading dua ekor sembuh , Wanasaba 43 ekor sembuh delapan ekor masih dirawat dan Kecamatan Selong satu ekor. "Di Pringgabayadua ekor, Potong Paksa satu ekor. Sudah banyak yang sembuh," katanya.

Penyakit PMK merupakan penyakit hewan yang bersifat akut dan memiliki angka kesakitan mencapai 90-100 persen pada hewan berkuku belah, seperti sapi, kerbau, kambing, domba dan babi serta penyebarannya sangat cepat, namun tidak bersifat zoonosis (tidak menular/aman pada manusia). "Kita sudah melakukan beberapa langkah preventif jauh hari sebelum adanya kasus baru dengan menggerakkan seluruh dokter hewan yang ada di Lombok Timur," katanya.

 

Dalam waktu dekat Pemerintah Kabupaten Lombok Timur akan menutup pasar hewan pada Senin mendatang selama tiga pekan. Selain itu menutup setiap kandang peternakan untuk sementara, mengingat langkah ini adalah satu-satunya cara memutus rantai penyebaran saat ini, di samping mengupayakan vaksin untuk ternak.

"Satu-satunya cara untuk memutus rantai penyebaran adalah dengan menutup semua akses yang membatasi mobilitas peternak," katanya.

Peredaran ternak di kabupaten, kata Mashyur, merupakan wewenang Provinsi NTB, dengan demikian diharapkan wabah ini menjadi pembelajaran berharga. Dirinya juga mengimbau peternak agar tidak panik serta bersabar. Karena adanya wabah ini peternak diminta tidak menjual ternaknya dengan harga rendah, terlebih potensi kesembuhan dari PMK di Lombok Timur tergolong tinggi.

"Para peternak agar tidak panik dulu, perbanyak sabar serta tingkatkan kewaspadaan dengan mematuhi segala arahan pemerintah," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement