Ahad 21 Nov 2021 13:14 WIB

Waspada, JI Kini Jihad Lewat Politik

Dulu JI menitikberatkan jihad lewat bidang kemiliteran untuk merebut kekuasaan.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Andi Nur Aminah
Ansyaad Mbai
Foto: Republika/Prayogi
Ansyaad Mbai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai mengatakan, menyusupnya Jamaah Islamiyah (JI) ke dalam Majelis Ulama Indonesia merupakan tanda bahwa organisasi tersebut tak sama sekali mengubah strategi untuk mencapai tujuannya. Justru sebaliknya, mereka mengembangkan strateginya.

JI dulu, kata Ansyaad, menitikberatkan jihad lewat bidang kemiliteran untuk merebut kekuasaan. Sedangkan, sejak 2013 hingga sekarang, mereka melakukan reformasi dengan melakukan jihad lewat bidang politik.

Baca Juga

"Mereka membentuk partai politik, lihat aja dia (Farid Ahmad Okbah) menjadi ketua PDRI (Partai Dakwah Rakyat Indonesia) dan ini strategi mereka justru menghidupkan partai-partai untuk mengonsolidasikan," ujar Ansyaad dalam sebuah diskusi daring, Ahad (21/11).

Strategi berikutnya adalah JI menyusup ke lembaga negara yang strategis. Baru terungkap bahwa salah satu dari tiga orang yang ditangkap Densus 88 Antiteror Polri adalah bagian dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). "Jadi, tidak usah diartikan bahwa Densus Polri menyasar MUI. Nah, ini perlu kita waspadai karena ini sedang gencar seakan-akan ada upaya membenturkan pemerintah dan ulama," ujar Ansyaad.

Ia melihat, paham radikalisme dan terorisme sudah menyusup ke banyak lembaga negara. Sebab banyak dari lembaga tersebut tak menaruh curiga terhadap pembicaraan mengenai agama yang disampaikan oleh kader JI.

"Ini masalah keagamaan. Orang kalau bicara agama, siapa orang mau curiga? Cuma banyak yang akhirnya kurang menyadari bahwa ternyata ini sudah menyimpang, menyeleweng," ujar Ansyaad.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement