Selasa 12 Oct 2021 00:18 WIB

Dinkes Sulsel: Cakupan Vaksinasi di Sejumlah Daerah Melambat

Masyarakat sebagian menganggap bahwa Covid-19 sudah selesai.

Petugas kesehatan melakukan penyuntikan vaksin Covid-19 (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Oky Lukmansyah
Petugas kesehatan melakukan penyuntikan vaksin Covid-19 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan Muhammadong mengemukakan bahwa tren cakupan vaksinasi pada sejumlah daerah di Sulsel mulai melambat. Muhammadong di Makassar, Senin (11/10) menilai hal tersebut ditengarai karena banyaknya masyarakat yang menganggap Covid-19 tidak lagi ada. Sebab di Sulsel termasuk pada berbagai daerah mulai melandai. 

Alhasil, sejumlah kabupaten kesulitan meningkatkan cakupan vaksinasi. "Cuma untuk beberapa daerah ada yang agak sulit dalam pelaksanaan vaksinasi, cakupan vaksinasi di beberapa kabupaten itu melambat. Mungkin karena kondisi masyarakat yang sebagian menganggap bahwa Covid-19 sudah selesai," urainya.

Baca Juga

Muhammadong menyayangkan lambatnya cakupan vaksinasi itu malah terjadi pada wilayah yang sebelumnya memang telah rendah cakupan vaksinasinya. Seperti Kabupaten Jeneponto, Sinjai dan Bulukumba. Berdasarkan data Satuan Tugas Sulsel, cakupan vaksinasi terendah di Sulsel hingga 9 Oktober 2021 ialah Kabupaten Jeneponto yang baru mencapai 14,89 persen kemudian disusul Kabupaten 20,59 persen, dan Bone 21,86 serta Sinjai 23 persen.

Muhammadong mengemukakan bahwa edukasi ke masyarakat terkait gambaran update virus corona maupun vaksinasi harus tetap digaungkan. Tujuannya agar pencegahan, khususnya protokol kesehatan tidak kendor meski kasus telah melandai.

"Ini mungkin juga ada hubungannya dengan beberapa kasus yang dibesar-besarkan dan dianggap KIPI (kejadian ikutan pasca imunisasi), padahal setelah dilaporkan ke pusat, itu malah bukan KIPI. Diperparah juga oleh kabar-kabar hoaks," ujarnya.

Maka dari itu, Muhammadong berharap agar seluruh elemen terus mengedukasi masyarakat terkait pentingnya protokol kesehatan, termasuk tetap mewaspadai munculnya puncak Covid-19 gelombang ketiga yang telah diprediksi sejumlah ilmuan. "Diprediksi bahwa akhir tahun nanti diperkirakan akan ada gelombang ke III, itu karena mobilisasi penduduk pada saat itu pasti akan tinggi. Karena akan ada perayaan natal dan tahun baru, jadi kita tetap jangan lengah," ucapnya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement