Rabu 28 Jul 2021 15:32 WIB

Kemendikbud: Survei AN Telah Lalui Berbagai Uji Coba

Salah satu tahapan uji cobanya adalah dilakukan pada sekolah penggerak.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Mas Alamil Huda
Siswa SMP bersiap menjalani ujian Asesmen Nasional (AN) di SMPN 2 Yogyakarta, beberapa waktu lalu. Sebanyak 240 siswa mengikuti Asesmen Nasional sebagai pengganti Ujian Nasional. Waktu ujian dibagi ke dalam dua sesi. Dan dijalankan dengan protokol kesehatan Covid-19 ketat. Ada 16 sekolah menengah pertama negeri di Yogyakarta yang menggelar AN dengan tatap muka.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Siswa SMP bersiap menjalani ujian Asesmen Nasional (AN) di SMPN 2 Yogyakarta, beberapa waktu lalu. Sebanyak 240 siswa mengikuti Asesmen Nasional sebagai pengganti Ujian Nasional. Waktu ujian dibagi ke dalam dua sesi. Dan dijalankan dengan protokol kesehatan Covid-19 ketat. Ada 16 sekolah menengah pertama negeri di Yogyakarta yang menggelar AN dengan tatap muka.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan (Balitbangbuk) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Anindito Aditomo mengatakan, survei yang dilakukan pada Asesmen Nasional (AN) sebelumnya sudah melalui berbagai tahapan uji coba. Salah satu tahapan uji cobanya adalah dilakukan pada sekolah penggerak.

"Kita uji coba empiris, kita sebar surveinya kepada responden yang kira-kira mirip dengan responden AN. Nanti dievaluasi lebih lanjut. Mengecek apakah instrumen ini punya validitas yang baik atau tidak," kata Anindito, dalam telekonferensi, Selasa (27/7).

Adapun tahapan pembuatan instrumen survei, ia menjelaskan, diawali dengan membuat kerangka asesmen. Kerangka asesmen ini mendefinisikan tujuan pengukuran seperti kenapa pengukuran dilakukan dan apa saja yang akan diukur.

"Apa yang dimaksud dengan literasi, apa yang dimaksud dengan akhlak mulia, dengan pembelajaran mengajar yang baik, dengan iklim keamanan, iklim kebinekaan, harus kita definisikan secara jelas dulu," kata dia.

Setelah itu, lanjut Anindito, Kemendikbud Ristek lalu melakukan kajian pustaka untuk menyusun indikator-indikator dan butir spesifikasinya. Jika sudah ada instrumen, maka literatur bisa digunakan dan disesuaikan dengan konteks yang akan diukur.

Tahapan selanjutnya adalah membuat draf awal, yang juga sebagai evaluasi. "Pertama, evaluasi kontennya secara kualitatif. Jadi kita mengundang pakar dan reviewer independen, untuk melihat apakah butir-butir itu relevan, bisa dipahami dengan baik atau tidak, menimbulkan salah tafsir atau tidak," kata Anindito.

Setelah semuanya selesai, maka akhirnya adalah uji coba yang salah satunya dilakukan pada sekolah penggerak. Instrumen-instrumen survei inilah yang saat ini beredar di masyarakat, khususnya di kalangan sekolah penggerak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement