Ahad 07 Mar 2021 08:16 WIB

Islamofobia dan Stigmatisasi Radikal kepada Muslim

Stigma radikal kepada Islam dapat merusak sistem demokrasi sosial politik.

Umat Islam selalu dibayangi dengan stigma radikal. Foto: Ilustrasi Muslimah
Foto: EPA/Mast Irham
Umat Islam selalu dibayangi dengan stigma radikal. Foto: Ilustrasi Muslimah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhbib Abdul Wahab, Dosen Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Sekretaris LPP PP Muhammadiyah

Belum lama ini, Gerakan Anti Radikalisme (GAR) Alumni ITB melaporkan Din Syamsuddin kepada Komisi Aparat Sipil Negara (KASN) dengan tuduhan radikal karena dianggap melanggar disiplin, kode etik, dan kode perilaku ASN (Aparatur Sipil Negera). Laporan bernada stigmatisasi dan pembunuhan karakter ini tentu menimbulkan reaksi publik dan kegaduhan yang tidak perlu terjadi.

Azyumardi Azra misalnya menyebut laporan itu absurd, tidak berdasar, dan tidak masuk akal. Karena dengan reputasi internasionalnya, Din Syamsuddin merupakan tokoh terkemuka yang menyerukan wasathiyah (moderasi) Islam.

Sebagai Guru Besar, dia banyak berkontribusi  bukan hanya kepada UIN Jakarta, tetapi juga kepada Muhammadiyah dan negara bangsa dengan mensosialisasikan pentingnya dialog dan perdamaian untuk membangun  peradaban dunia yang lebih adil. Stigmatisasi radikal kepada ulama sekaliber Din Syamsuddin merupakan sebuah fenomena Islamofobia yang bernuansa provokasi dan adu domba umat Islam.

 

Tiga ormas Islam: Muhammadiyah, NU, dan MUI, merespon kasus stigmatisasi tersebut dengan menegaskan bahwa tuduhan radikal tersebut salah alamat dan menunjukkan para penuduh tidak paham Islam. Stigmatisasi itu diduga digerakkan kekuatan tertentu dengan agenda tertentu pula.

Menurut John L. Esposito, isu radikalisme agama merupakan “taman bermain” bagi intelijen, dan ini membahayakan masa depan agama. Karena itu, stigmatisasi radikal terhadap agama tertentu, khususnya Islam, dan ulamanya merupakan ancaman serius yang dapat merusak sistem demokrasi sosial politik dan kehidupan umat beragama di Indonesia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apakah internet dan teknologi digital membantu Kamu dalam menjalankan bisnis UMKM?

  • Ya, Sangat Membantu.
  • Ya, Cukup Membantu
  • Tidak
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
كَانَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةً ۗ فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ ۖ وَاَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ فِيْهِ اِلَّا الَّذِيْنَ اُوْتُوْهُ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ بَغْيًا ۢ بَيْنَهُمْ ۚ فَهَدَى اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِاِذْنِهٖ ۗ وَاللّٰهُ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.

(QS. Al-Baqarah ayat 213)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement