Senin 16 Nov 2020 19:42 WIB

Gelandangan di Jakpus Bakal Ditindak 

Tiap malam belasan gerobak pemulung tampak mangkal di Jalan Cut Meutia, Menteng. 

Rep: Febryan. A/ Red: Agus Yulianto
 Sejumlah gelandangan dan pengemis terjaring razia oleh Satpol PP di kawasan Blok M, Jakarta Selatan.
Sejumlah gelandangan dan pengemis terjaring razia oleh Satpol PP di kawasan Blok M, Jakarta Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah gelandangan yang bertebaran di sejumlah titik di Jakarta Pusat (Jakpus) disebut meningkat sejak pandemi Covid-19 melanda. Pemerintah Kota (Pemkot) Jakpus pun sudah mulai menindak sebagian di antara mereka.

Penindakan sudah dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Jakpus terhadap manusia gerobak yang kerap mangkal di kawasan Senen pada pekan lalu. Namun, jumlah manusia gerobak maupun gelandangan lainnya masih banyak tersebar.

Berdasarkan pantauan Republika, tiap malam belasan gerobak pemulung tampak mangkal di Jalan Cut Meutia, Menteng. Manusia gerobak juga kerap tampak bermalam di kawasan Tanah Abang dan Kemayoran.

Gelandangan yang bermalam tanpa membawa gerobak juga tampak makin banyak di Jembatan Kuningan, Menteng, saat malam hari. Hal sama juga didapati di kawasan Tanah Abang dan Kemayoran.

Wakil Wali Kota Jakarta Pusat Irwandi, mengatakan, pihaknya bakal menindak para manusia gerobak. Penindakan bakal dilakukan berdasarkan pengaduan masyarakat.

"Memang masih banyak yang mau kita tata agar Jakarta pusat jadi rapih sebagai pusat kota," kata Irwandi kepada Republika, Senin (16/11).

Penindakan, kata dia, bakal difokuskan di tiga kawasan, yakni Kemayoran, Senen, dan Menteng. Jika nantinya para pemulung itu berhasil terjaring, maka akan diberikan teguran dan membuat surat pernyataan untuk tidak mengulangi lagi.

"Kalau ketangkap lagi baru gerobaknya disita," kata Irwandi.

Kepala Suku Dinas Sosial (Kasudinsos) Jakpus, Ngapuli Perangin-Angin, mengatakan, jumlah gelandangan memang meningkat sejak pandemi melanda. Bukan hanya manusia gerobak, tapi juga manusia silver, orang tanpa rumah, dan pengemis.

"Di lapangan, jujur saja, ada peningkatan jumlah gelandangan. Termasuk manusia silver yang dulu tidak pernah ada, sekarang sudah ada," kata Ngapuli kepada Republika.

Menurut Ngapuli, meningkatnya jumlah gelandangan karena krisis akibat pandemi Covid-19. "Situasi ekonomi kita kan sudah mulai kurang kondusif lah," kata dia.

Sejauh ini, lanjut dia, pihaknya sudah mengevakuasi sejumlah gelandangan menuju panti sosial. Meski tak meningata jumlah persisnya, tapi Ngapuli menyebut jumlahnya "banyak".

Selain itu, pihaknya juga menempatkan Satgas Pelayanan,Pengawasan dan Pengendalian Sosial (P3S) di sejumlah titik yang kerap jadi "sorotan publik". "Pokoknya tempat-tempat yang jadi lintasan orang ramai itu tetap kita jaga," ucapnya.

Terdapat 13 titik yang jadi prioritas penjagaan Satgas P3S. Di antaranya kawasan Cideng, Sawah Besar, dan Tanah Abang. "Tim kita stand by di sana," klaim Ngapuli.

Namun demikian, dia mengaku, tak bisa melakukan penindakan. Sebab, penindakan adalah wewenang Satpol PP. "Tapi jika ada di lapangan yang perlu kita selamatkan, akan kita selamatkan dari sisi kemanusian," ujarnya.

Kasatpol PP Jakpus Bernard Tambunan mengatakan, pihaknya sudah melakukan penindakan terhadap gelandangan. Namun dia belum memberikan data jumlah penindakan yang telah dilakukan.

Bernard mengatakan, ke depan, jajarannya melanjutkan upaya penindakan terhadap para gelandangan. Namun, saat ini pihaknya terkendala soal tempat penampungan mereka. Sudin Sosial sulit menampung mereka saat pandemi seperti sekarang. "Sekarang sudin sosial tidak mau terima (mereka) karena takut penularan Covid-19," kata Bernard,

Untuk itu, pihaknya bakal lebih mengutamakan metode penghalauan. Sehingga gelandangan itu tak menumpuk di satu titik. "Nanti akan kita rapatkan lagi persoalan ini dengan sudin sosial dan para camat," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement